Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

OKEZONE STORY: Raja Ludwig II dari Bavaria Menjadi Penguasa Eropa yang Paling Eksentrik di Abad-19

Rufki Ade Vinanda , Jurnalis-Senin, 31 Juli 2017 |08:00 WIB
OKEZONE STORY: Raja Ludwig II dari Bavaria Menjadi Penguasa Eropa yang Paling Eksentrik di Abad-19
Raja Ludwig II dari Bavaria. (Foto: The Vintage News)
A
A
A

RAJA Ludwig II dari Bavaria mungkin adalah salah satu penguasa Eropa yang paling eksentrik di abad ke-19. Ia diangkat menjadi raja di tengah konflik dua monarki Jerman yakni Austria dan Prusia. Pria yang mewarisi takhta pada usia 18 tahun itu diketahui berdiri di sisi Austria yang sayangnya mengalami kekalahan.

Ludwig resmi menjadi raja pada 1864, namun hanya dalam kurun waktu dua tahun pemerintahannya dinilai tidak berhasil pasca-Austria kalah. Ia semakin jauh dari perannya sebagai penguasa setelah adanya penggabungan antara Bavaria dan kekaisaran Jerman. Ludwig yang tak pernah tertarik dengan politik mengabdikan dirinya untuk hal-hal yang lebih baik dalam hidup.

Ludwig II, yang juga dijuluki Swan King, sangat tertarik pada seni, arsitektur dan yang terpenting, adalah musik Wagner. Ia mewarisi hasratnya itu dari sang kakek Ludwig I yang diketahui memiliki obsesi dengan artefak dari Yunani Kuno dan pelukis zaman keemasan Italia atau renaisans. Ludwig saya adalah seorang kolektor seni, pelindung seni dan juga seorang seniman.

Ludwig I terkenal karena menulis puisi yang mengerikan, tapi bagaimanapun, cintanya pada seni sangat tulus dan membuatnya dicintai oleh orang-orang. Ia berhasil menyampaikan gairah ini kepada cucunya, yang membawanya ke tingkat yang baru. Dalam membangun istana, Ludwig II mengatur keseluruhan prosesnya. Baik itu hiasan, material atau perabotan, semuanya harus melalui persetujuannya.

Pekerjaan tersebut sangat penting baginya, lebih dari sekadar hal-hal sepele, seperti menjalankan negara. Dan ia sepertinya terjebak dalam kehidupan mimpi. Ludwig II adalah penggemar berat Wagner dan operanya, jadi ia menawarkan patronase (hubungan atau kerjasama saling menguntungkan) dengan komposer tua itu. 

Wagner berusia 51 tahun saat menerima undangan dari raja muda tersebut untuk menjadi tamunya di Munich. Di bawah patronase Ludwig, Wagner menulis opera terkenalnya, Tristan dan Isolde, satu tahun setelah pertemuan mereka. Sponsor ini datang pada saat yang sangat penting bagi Wagner, karena ia sedang berjuang dengan hutang dan kemiskinan pada saat itu.

Namun, gaya hidupnya yang boros tidak sesuai untuk Bavaria yang konservatif, jadi ia meninggalkan Munich dan pindah ke Swiss, di mana ia menerima bantuan keuangan dari Ibu Ludwig. Selain musik, King Ludwig menyukai juga teater. Ia bekerja untuk memodernisasi teater di Munich, dan memperkenalkan audiensnya kepada Shakespeare, Calderon, Mozart, Gluck, Ibsen, Weber serta nama hebat lainnya dari drama dan opera Eropa. 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement