Kami, bangsa Indonesia telah mengirim banyak pendidik dan mengajar warga Malaysia ketika momen kemerdekaan Malaysia baru terjadi. Kami, bangsa Indonesia yakin kami memainkan peran sebagai kakak dengan baik untuk Malaysia. Kami, bangsa Indonesia telah mendidik bangsa Malaysia sampai kami mengetahui bahwa bangsa yang kami didik selama ini sudah maju menjadi bangsa yang lebih baik dari kami sendiri. Tentu sebagai 'kakak', kami bangga dan terus menghormati Malaysia. Tetapi semakin lama kemajuan bangsa Yang Mulia berlangsung semakin sering bangsa Indonesia mempertanyakan keterikatan Indonesia dan Malaysia.
Saya sulit untuk percaya bahwa sebagai saudara serumpun, bendera kami pun anda tidak ketahui padahal kami mengetahui Malaysia dan warganya dengan baik. Bendera merah-putih Indonesia itu dibayar dengan air mata, darah, dan usaha mati-matian para pendahulu dan pahlawan nasional kami. Ketika kami mengetahui bahwa bendera Indonesia dicetak dengan salah, kami merasa bahwa ibu kandung kami telah dihina oleh Malaysia dan luka yang dalam telah dibuat dihati kami bangsa Indonesia. Kasus warna bendera Indonesia putih-merah ini sudah meninggalkan luka yang akan sulit dihilangkan di hati kami bangsa Indonesia, bisa saja tidak akan pernah pudar.
Sebenarnya, permohonan maaf tidak akan pernah cukup untuk menebus semua kesalahan negeri Yang Mulia kepada kami. Indonesia dan Malaysia sudah melalui hal banyak bersama tetapi sepertinya hormat respek yang kami beri tidak mendapat balasan dari Malaysia.
Jika dibandingkan dengan angka kesalahan yang telah dibuat Indonesia untuk Malaysia dan kesalahan yang dibuat Malaysia sendiri, Malaysia memiliki angka yang jauh lebih tinggi. Jadi apa yang tersisa dalam keterikatan kakak-adik ini? Bangsa Indonesia berharap kasus ini adalah kasus terakhir yang dibuat oleh Malaysia kepada kami karena kasus ini meninggalkan luka yang sangat dalam disetiap hati warga negara Indonesia. Kami sangat yakin peran kami sebagai 'kakak' kami lakukan dengan baik. Tetapi selama ini tidak pernah ada balasan atas kebaikan kami dari Malaysia, jadi kami berharap Malaysia akan belajar makna persaudaraan dan peran adik. Indonesia layak memiliki ikatan persaudaran dengan bangsa yang thauncara menghormati kami pula. Kami tidak ingin kesabaran kami selalu diuji dengan kekecewaan yang bangsa anda dan Yang Mulia sendiri buat karena kesabaran selalu ada batasnya.
Terima kasih. Yang Mulia boleh merespon tulisan ini atau tidak. Saya hanya menyampaikan hal yang harus saya sampaikan. Saya yakin tulisan ini akan sampai ke Yang Mulia Perdana Menteri sebab dunia ini sudah dihubungkan oleh teknologi. Teknologi menghubungkan antara satu manusia dengan manusia lain dengan cepat dan tanpa batas. Saya juga tidak tahu alamat Yang Mulia di Malaysia.
Hormat saya,
Adinda Saraswati Akbar
Hingga berita ini ditayangkan, postingannya itu telah dibagikan sebanyak lebih dari 2.000 kali dan disukai lebih dari 1.500 kali.
(Rizka Diputra)