LAMPUNG TENGAH – Hiburan rakyat yang selalu penuh sesak masyarakat tak hanya membutuhkan pengamanan secara fisik. Pengamanan pun dilakukan untuk hal-hal yang gaib.
Pande Putu Sutha Baginda (53) tersenyum sambil merapikan beberapa benda keperluan sesaji di meja kecil di depannya. Benda-benda sederhana dan mudah ditemui itu di antaranya, beberapa ikat padi, berbagai jenis kembang, daun kelapa muda (janur) dan dupa.
Putu –biasa dipanggil, mendapat mandat ‘mengamankan’ pertunjukan wayang kulit di Lapangan Merdeka, Desa Ruktiharjo, Kecamatan Seputih Rahman, Kabupaten Lampung Tengah, Rabu 23 Agustus 2017 malam.
Acara ini menampilkan wayang kulit Bali atau ceng blong. Hampir seribu masyarakat dari komunitas Bali dan sekitarnya di desa itu tumplek di lokasi acara. Polres Lampung Tengah pun menurunkan ratusan polisi untuk berjaga di lokasi.
Begitu pun Putu, dia berkeliling ke beberapa titik di lapangan, ‘berbicara’ dengan para , ‘penghuni’ dan memasang ‘pagar’, baik untuk keselamatan warga, pertunjukan wayang, dan dalang.
“Ritual ini wajib dilakukan untuk mengantisipasi pikiran kotor yang bisa mengganggu jalannya pertunjukan,” kata Putu yang juga bergelar Jeru Mangku Sidekarye ini.
Putu menjelaskan, ritual yang dijalankannya untuk penyucian dan meminimalisir pengaruh jahat yang bisa mengganggu jalannya pertunjukan wayang kulit itu.