Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Peredaran Berita Hoax Sempat Naik-Turun, Diprediksi Puncaknya saat Pilpres 2019

Silviana Dharma , Jurnalis-Sabtu, 26 Agustus 2017 |16:28 WIB
Peredaran Berita <i>Hoax</i> Sempat Naik-Turun, Diprediksi Puncaknya saat Pilpres 2019
Anggota Komisi I DPR, Sukamta. (Foto: Silviana Dharma/Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI Sukamta menyikapi pengungkapan sindikat penyebar ujaran kebencian Saracen sebagai kasus yang serius. Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai pada dasarnya fenomena penyebaran informasi hoax dan ujaran kebencian di Indonesia bukan baru dewasa ini terjadi.

Berdasarkan pengamatan Sukamta, pada 2010–2011 sudah marak sekali peredaran berita palsu (hoax) di media sosial. Hal itu seiring ledakan penggunaan medsos di Tanah Air maupun dunia. Selama 7 tahun terkahir, pergerakannya juga tidak begitu dianggap prioritas karena keberadaannya yang timbul-tenggelam.

"Istilah hospitality-nya, ini ada low season dan high season. Saat ada event politik, mereka naik. Ketika sepi kontes politik, menurun pergerakannya di media sosial," ujar dia dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya berjudul 'Saracen dan Wajah Medsos Kita' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8/2017).

(Baca: Catat! Ini Cara Efektif Minta Perusahaan Medsos Tanggung Jawab soal Hoax)

Terakhir, kata Sukamta, orang bisa menengok kembali maraknya berita palsu selama Pilkada DKI Jakarta lalu. Serangan datang bertubi-tubi kepada tiga pasangan calon yang bersaing, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno, dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement