Namun warga Muslim Rohingnya sendiri melontarkan pernyataan berbeda dan mengaku bahwa tentara Myanmar lah yang melakukan aksi kekejaman tersebut dengan maksud mengusir mereka. Di sisi lain badan hak asasi manusia (HAM) Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS) mengemukakan fakta berbeda.
HRW menyatakan, berdasarkan analisis citra satelit nampak pasukan keamanan Myanmar dengan sengaja membakar tempat tinggal dari etnis Muslim Rohingya. Sebagaimana diketahui keberadaan Rohingya ditolak Pemerintah Myanmar karena dianggap sebagai imigran ilegal.
Hal senada juga disampaikan oleh kelompok pemantauan Rohingya, Arakan Project. Pegiat Arakan Project, Chris Lewa mengatakan kelompok pengamanan swakarsa di Rakhine 'ikut serta dalam pembakaran desa-desa yang dihuni warga Rohingya'.
Dalam wawancara dengan BBC, Lewa mengatakan pembakaran rumah-rumah warga Rohingya 'berlangsung secara sistematis'. "Menurut saya sangat sistematis. Dari satu desa ke desa-desa yang lain. Kami juga mendengar orang-orang dibunuh ketika desa mereka diserang," kata Lewa.
Foto-foto yang beredar dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan asap hitam membumbung ke angkasa dari desa-desa yang ditinggalkan warga Rohingya. Apa yang disampaikan Lewa menguatkan kesaksian Abdullah, salah seorang pengungsi Rohingya, yang saat ini berusaha masuk ke negara tetangga, Bangladesh.