Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

OKEZONE STORY: Misteri Terusan Dyatlov, Tragedi di Gunung Kematian yang Renggut Nyawa 9 Pendaki dalam Semalam

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 21 September 2017 |08:01 WIB
OKEZONE STORY: Misteri Terusan Dyatlov, Tragedi di Gunung Kematian yang Renggut Nyawa 9 Pendaki dalam Semalam
Foto tenda para pendaki yang ditemukan pada 26 Februari 1959 (Foto: Russia Today)
A
A
A

KISAH mengenai Terusan Dyatlov di Pegunungan Ural, Rusia adalah sebuah cerita penuh misteri. Apa yang terjadi pada sembilan pendaki gunung Soviet yang menemui ajal mereka di gunung yang dingin itu pada 1 dan 2 Februari 1959 sampai hari ini maih belum diketahui dan menjadi subyek spekulasi dan teori konspirasi.

Semua berawal pada 27 Januari 1959 saat kelompok beranggotakan 10 orang mahasiswa dari Institut Politeknik Urals yang berbasis di Sverdlovsk atau yang saat ini dikenal dengan Yekaterinburg mempersiapkan perjalanan ke pegunungan Ural. Kelompok pendaki yang dipimpin oleh Igor Dyatlov itu berencana menaklukkan Gunung Otorten yang merupakan bagian dari Ural utara.

Gunung Otorten berarti “jangan pergi ke sana” dalam bahasa etnis minoritas Mansi yang menghuni daerah tersebut. Namun, nama sekaligus peringatan dari gunung itu tidak membuat Dyatlov dan rekan-rekannya yang mencari tantangan, mundur.

Selama perjalanan dari Kota Ivdel ke Vizhai, sebuah desa kecil di pinggiran alam liar di dekat Oterten, kelompok itu mendengar berbagai cerita-cerita seram mengenai para pemburu dari etnis Mansi yang dibunuh saat melewati gunung tersebut. Karena berbagai insiden itu, Oterten dikenal dengan sebutan “Gunung Kematian.”

Dilansir Vintage News, Kamis (21/9/2017), pada 28 Januari, salah seorang anggota pendaki bernama Yuri Yudin menderita disentri dan terpaksa tinggal di Vizhai sementara yang lain melajutkan pendakian ke Oterten. Dengan tinggalnya Yuri jumlah pendaki kini berkurang menjadi sembilan orang. Jumlah itu sama dengan jumlah pemburu yang tewas dalam legenda etnis Mansi mengenai Gunung Oterten, yang membuat kisah ini semakin mengerikan. Tetapi, Dyatlov dan rekan-rekannya menganggap cerita itu sebagai takhyul semata dan tetap pada rencana mereka mendaki menuju puncak Oterten.

Badai Salju yang terjadi pada 1 Februari 1959 membuat para pendaki terjebak di Oterten memaksa mereka mendirikan kemah dan menunda ekspedisi mereka ke puncak. Tetapi malam itu, sebuah kejadian aneh yang menjadi salah satu misteri tak terpecahkan dari masa Soviet terjadi.

Para pendaki diperkirakan akan kembali pada 12 Februari, dan memastikan ke klub olah raga mereka bahwa mereka aman. Namun karena cuaca buruk, semua mengira mereka akan mengalami sedikit perubahan jadwal, sehingga keterlambatan mereka tidak menimbulkan kekhawatiran. Beberapa hari kemudian, Yuri Yudin, salah seorang pendaki yang terpaksa tinggal di desa karena sakit, mulai khawatir. Barulah pada tanggal 20 Februari, keluarga para mahasiswa tersebut mulai bertanya kepada pihak berwenang dan meminta agar dilakukan pencarian.

Mulanya, Institut Politeknik Urals mengirimkan tim sukarelawan untuk mencari kolega mereka yang hilang. Setelah upaya tersebut tidak dapat menemukan kesembilan pendaki pimpinan Dyatlov, pencarian pun ditingkatkan dengan melibatkan polisi dan militer. Helikopter dan pesawat ringan juga dikerahkan saat tim pencari menyadari bahwa para pendaki telah keluar jalur ke daerah yang tidak bisa dilalui transportasi normal.

Sepekan pencarian berjalan, pada 26 Februari, tim pencari akhirnya menemukan kemah para pendaki dalam keadaan kosong. Adanya potongn di bagian belakang tenda yang dibuat dari dalam untuk keluar menunjukkan bahwa kemah itu ditinggalkan dalam keadaan terburu-buru. Semua perlengkapan penting mulai dari peralatan ski, makanan dan pakaian hangat masih ada di dalam tenda dan setengah terkubur dalam salju saat ditemukan. Melihat hal ini, tim pencari bersiap untuk skenario terburuk.

Jejak kaki dari delapan sampai sembilan orang yang ditemukan di dekat kemah, menunjukkan bahwa para pendaki melarikan diri dari kemah. Sebagian besar dari mereka tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai kaos kaki. Jejak itu terlacak sejauh sekira 500 meter dari kemah dan dengan keadan cuaca Ural yang ganas, tim pencari menduga para pendaki akan menderita hipotermia.

Tim pencari segera menemukan jasad dari dua pendaki di pinggiran hutan. Keduanya jasad yang hanya mengenakan pakaian dalam itu meninggal karena kedinginan. Mereka sempat membuat api unggun, tetapi api itu tidak dapat menyelamatkan nyawa mereka.

Tiga jasad lainnya termasuk jasad Dyatlov, seorang pria dan seorang perempuan kemudian ditemukan d antara lokasi penemuan dua jasad sebelumnya dan kemah yang ditinggalkan. Mereka tampaknya berusaha kembali ke kemah setelah mengira bahaya yang membuat mereka lari telah berlalu. Apa yang dilihat oleh tim pencari di sana menimbulkan banyak pertanyaan, tetapi disimpulkan bahwa lima jasad yang ditemukan meninggal karena hipotermia.

Apa yang membuat semua orang kebingungan dan bertanya-tanya adalah bagaimana sekelompok pendaki gunung yang relatif berpengalaman bisa meninggal karena hipotermia dan apa yang membuat mereka lari dari tenda? Bagaimana dengan empat pendaki lainnya yang belum ditemukan?

Dua bulan kemudian, pada Mei 1959, setelah salju mulai meleleh, jasad empat pendaki terakhir yang terdiri dari tiga pria dan seorang perempuan ditemukan. Berbeda dengan kelima rekannya, mereka mengalami luka fisik yang parah yang diduga sebagai penyebab kematian. Mereka juga berpakaian lebih lengkap dibandingkan dengan jasad lain yang ditemukan sebelumnya sehingga disimpulkan mereka sedang berada di luar tenda saat kejadian.

Otopsi yang dilakukan menunjukkan adanya jejak radiasi pada beberapa pakaian yang dikenakan korban. Tingkat radiasi dua kali tingkat normal, tetapi pihak berwenang menolak memberikan komentar atas penemuan ini.

Terlepas dari semua pertanyaan yang belum terjawab, penyelidikan ditutup pada bulan Mei 1959. "Sebuah kekuatan spontan yang tidak dapat diatasi oleh para pendaki" menjadi kesimpulan resmi yang diambil terkait insiden di Oterten. Selama tiga tahun setelah insiden tersebut, wilayah Gunung Oterten tersebut terlarang untuk dilewati dan kasus Dyatlov diberi label rahasia oleh pemerintah.

Sekira 34 tahun setelah kejadian tersebut, pada 1993 kasus di Terusan Dyatlov ditinjau kembali saat sebuah teori menganai adanya longsoran salju mengemuka. Berbagai teori konspirasi mulai dari supernatural sampai terkait uji coba militer juga dikemukakan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu. Melihat adanya label rahasia dari pemerintah, penemuan radioaktif pada pakaian korban dan kematian para pendaki yang misterius, tidak heran teori-teori semacam itu akan bermunculan.

Insiden di Terusan Dyatlov menjadi inspirasi dan memunculkan berbagai buku, film, dokumenter, video game dan berbagai karya lainnya terkait kejadian tersebut. Meski banyak teori yang berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Dyatlov dan delapan pendaki lainnya, sampai saat ini belum ada bukti yang cukup untuk mendukung penjelasan-penjelasan tersebut.

(Emirald Julio)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement