Berdasarkan resolusi PBB, China masih dapat mengekspor minyak mentah ke Korut maksimal 2 juta barel setiap tahunnya. Keputusan ini berlaku mulai tahun depan. Jumlah ini tentunya mengalami penurunan yang besar. Sebab pada 2016, Korut mengimpor minyak mentah dari China sebesar 6.000 barel setiap harinya atau setara dengan hampir 2,2 juta barel per tahun.
BACA JUGA: Khawatir Disanksi, Bank-Bank China Hentikan Terima Uang dari Korut
Larangan ekspor tekstil yang diterapkan PBB juga akan membuat Korut menderita. Pasalnya, tekstil merupakan komoditas ekspor yang terbesar kedua di Pyongyang. Akibat pelarangan ini, pendapatan Korut diperkirakan akan terpotong lebih dari USD700 juta per tahun atau sekira Rp9,3 triliun.
China dan Rusia awalnya menentang proposal AS karena melarang sepenuhnya ekspor minyak ke Korut. Namun, mereka kemudian menyetujui keputusan itu setelah sanksi yang akan diberikan dikurangi.
Korea Utara memang melakukan impor minyak dalam jumlah besar setiap tahunnya. Sebab, produksi energi di negara tersebut sangatlah sedikit.