MOSKOW - Presiden Venezuela Nicolas Maduro akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Maduro mengadakan pertemuan tersebut bertujuan untuk meminta dukungan setelah berbulan-bulan mengalami kekacauan politik di negaranya.
Maduro akan berada di Moskow dalam rangka kunjungan kerja terutama untuk ambil bagian dalam forum energi internasional. Kedua pemimpin akan juga akan membahas pengembangan kemitraan strategis. Namun sumber tidak menyatakan apakah kedua pemimpin tersebut akan membahas bantuan ekonomi untuk Venezuela atau tidak.
Sekadar diketahui, Venezuela telah diguncang oleh demonstrasi mematikan dan kekacauan ekonomi yang telah menyebabkan kekurangan makanan dan obat-obatan. Kekuatan internasional menuduh Maduro menghancurkan demokrasi dengan mengambil alih institusi negara dalam upaya untuk melawan tekanan oposisi agar dia mundur.
BACA JUGA: Ikuti AS, Inggris Tarik Pulang Staf Kedubes dari Venezuela
Pemerintah sayap kiri Maduro semakin terisolasi secara internasional, dengan hampir 130 orang tewas dalam demonstrasi dan menempatkan Presiden Maduro di bawah sanksi. Namun, Moskow telah berpihak pada rezim Maduro mengenai demonstrasi tersebut dan mengkritik oposisi Venezuela karena "mengganggu" proses pemilihan.
"Venezuela memiliki dukungan penuh dan mutlak dari Rusia," kata Maduro, seperti yang dilansir Jamaica Observer, Rabu (4/10/2017). Ia juga menambahkan jika Putin adalah orang yang damai.
BACA JUGA: Kubu Presiden Menang Voting untuk Ganti Konstitusi, Situasi di Venezuela Makin Panas
Sekadar diketahui, situasi di Venezuela memanas setelah kubu pendukung Presiden Nicolas Maduro memenangkan pemungutan suara untuk amandemen undang-undang dasar (UUD) di negara Amerika Latin itu. Pihak oposisi menuding telah terjadi kecurangan sehingga terus melakukan protes dan demonstrasi meski pemerintah Venezuela telah melakukan tindakan keras untuk menghentikannya.
Presiden Maduro yang mengabaikan boikot, protes, dan kecaman dari dunia internasional menggelar pemungutan suara untuk membentuk sebuah Majelis Pembuat Undang-Undang. Majelis yang beranggotakan 545 orang itu akan diberikan kekuasaan untuk membubarkan kongres yang dikuasai pihak oposisi dan menulis ulang UUD Venezuela.
Pemimpin senior oposisi, Henrique Capriles, menyerukan rakyat Venezuela untuk terus melawan pemerintahan Maduro melalui demonstrasi memprotes pemungutan suara dan pembantaian yang mengikutnya. Dia mengajak rakyat Venezuela untuk mengikuti aksi protes pada Senin 31 Juli 2017. Bahkan, Capriles cs mengajak rakyat Venezuela mengikuti demonstrasi massal pada Rabu 2 Juli 2017 di Ibu Kota Caracas, hari saat majelis baru tersebut akan mulai bekerja.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)