Ia sempat berencana mengayuh sepedanya menuju London dari Birmingham. Akan tetapi, sesampainya di Oxford, Malcolm kehilangan sepeda karena lupa menguncinya. Ia lantas melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Saat tiba di sebuah hutan lebat dekat Kingston, barat daya London, ia mendirikan kemah di sana.
“Ada tiga orang yang berkemah, termasuk saya. Mereka mendirikan tenda di sekitar saya karena saat itu saya memilih di tengah. Tidak ada yang tahu saya di sana. Tidak akan ada orang yang mau tinggal di sana,” sambung Malcolm.
Pria berkepala plontos itu berkemah di hutan selama lima tahun sebelum pindah ke pusat penampungan tunawisma Emmaus Greenwich di London, pada 2012. Keinginan untuk melarikan diri itu sungguh kuat hingga Malcolm tidak pernah mengabari keluarga bahwa dirinya baik-baik saja.
Ia hanya mengontak keluarganya belum lama ini karena saudarinya mulai mencari-cari keberadaannya. Malcolm mengatakan, tinggal di penampungan bagi tunawisma tidak seburuk yang ada di pikiran banyak orang. Ia mengaku mencintai hidupnya yang sekarang ini, jauh dari istrinya yang cerewet itu.
(Wikanto Arungbudoyo)