BEIRUT - Presiden Lebanon Michel Aoun tidak akan memutuskan apakah akan menerima atau menolak pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Said al Hariri sampai ia kembali ke Lebanon untuk menjelaskan alasannya. Hal tersebut disampaikan oleh sumber di istana kepresidenan.
Dilansir dari Reuters, Minggu (5/11/2017), Hariri meninggalkan Lebanon untuk menuju Arab Saudi pada Jumat 3 November dan mengundurkan diri pada Sabtu 4 November dalam sebuah pernyataan di televisi yang mengejutkan pihak militer Lebanon.
BACA JUGA: PM Lebanon Mengundurkan Diri, Iran: Ini Skenario untuk Ciptakan Ketegangan di Kawasan
Belum ada calon penerus yang jelas untuk mengganti posisi Hariri. Akibat keputusan untuk menolak atau menunda pengunduran diri Hariri belum jelas, Presiden Aoun diperkirakan akan menunda konsultasi politik dengan perdana menteri baru.
Sebagaimana diberitakan, Said al Hariri secara mengejutkan menyampaikan pengunduran dirinya dari jabatannya pada Sabtu 4 November. Pengunduran dirinya tersebut dilakukan di tengah kunjungannya ke Arab Saudi. Oleh karena itu, dikhawatirkan akan semakin menambah ketidakpastian bagi Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah.
BACA JUGA: Diduga Khawatir Akan Nyawanya, PM Lebanon Mengundurkan Diri Secara Mengejutkan
Dalam pidato yang disiarkan televisi dari Riyadh, Hariri menyampaikan kemarahannya terhadap Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon yang menurutnya telah campur tangan dalam urusan negara-negara Arab. Hariri juga menuding Teheran telah menciptakan kekacauan di kawasan mengancam bahwa “tangan-tangan Iran di kawasan Timur Tengah akan diputus”.
Selain itu, Lebanon menjadi terbelah tajam antara kamp yang setia kepada Arab Saudi, yang dipimpin oleh Hariri, seorang Muslim Sunni dan sebuah kamp yang setia kepada Iran yang diwakili oleh Hizbullah.
Pengunduran diri ini diperkirakan akan meningkatkan ketegangan di Lebanon. Dalam pidatonya, Hariri mengesankan bahwa dia merasa nyawanya terancam dan mengatakan bahwa atmosfer di Lebanon saat ini serupa dengan suasana sebelum ayahnya, almarhum PM Rafik Hariri, dibunuh pada 2005.
(pai)
(Rahman Asmardika)