Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

HARI PAHLAWAN: Mangundiprojo, Darah Kepahlawanan dan Perjuangan di Surabaya

Yudhistira Dwi Putra , Jurnalis-Jum'at, 10 November 2017 |08:00 WIB
HARI PAHLAWAN: Mangundiprojo, Darah Kepahlawanan dan Perjuangan di Surabaya
Mangundiprojo (FOTO: Istimewa)
A
A
A

JAKARTA - Pertempuran Surabaya sepanjang November 1945 kerap diidentikan dengan kisah kepahlawanan Sutomo atau Bung Tomo sebagai tokoh sentral dalam pertempuran tersebut.

Padahal, sederet nama lain turut memberi sumbangsih penting selama pertempuran yang berlangsung selama 22 hari dan menewaskan 6.315 pejuang anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Mangundiprojo misalnya. Pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 5 Januari 1905 ini memilliki nama lengkap Raden Moehammad Mangoendiprojo --yang dalam ejaan kekinian biasa ditulis Muhammad Mangundiprojo.

Mangundiprojo merupakan cicit dari Setjodiwirjo atau Kiai Ngali Muntoha, salah seorang keturunan Sultan Demak yang merupakan teman seperjuangan Pangeran Diponegoro dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Pasca Jepang menduduki Indonesia, Mangundiprojo memilih menjadi tentara dengan bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1944 di Buduran, Sidoarjo.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, semua anggota PETA menjadi pasukan inti Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan kemudian Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement