NEW YORK - Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley, mengeluarkan pendapatnya terkait Pemerintah AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Haley justru berpendapat bahwa PBB-lah yang merusak perdamaian antara Israel dan Palestina.
Dubes AS untuk PBB tersebut juga menyatakan bahwa PBB telah menjadi salah satu pusat permusuhan terdepan di dunia terhadap Israel. Hal tersebut ia sampaikan di tengah sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB setelah keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
BACA JUGA: Aksi Pemberontakan Terkait Status Yerusalem, Tentara Israel Tewaskan Seorang Demonstran
Haley mengatakan keputusan tersebut pun menegaskan bahwa sudah jelas bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Wanita berusia 45 tahun tersebut juga menegaskan jika AS berkomitmen untuk mencapai kesepakatan damai yang abadi dan menuduh PBB bersikap bias.
"Israel tidak akan pernah dan tidak seharusnya, diintimidasi oleh PBB atau kumpulan negara-negara yang telah membuktikan bahwa mereka mengabaikan keamanan Israel," ungkap Haley, dinukil dari BBC, Sabtu (9/12/2017).
Perwakilan Palestina, Riyad Mansour, mengatakan bahwa langkah Presiden Trump tersebut menunjukkan bahwa AS tidak dapat lagi dilihat sebagai perantara perdamaian. Sebelumnya Presiden Trump pernah menyatakan akan berkomitmen untuk mewujudkan kesepakatan antara Palestina dan Israel.
BACA JUGA: Dengan Bantuan Trump, Presiden Palestina Optimis Bisa Berdamai dengan Israel
Perwakilan Israel, Danny Danon, mengucapkan terima kasih kepada AS atas apa yang dia sebut ‘tonggak sejarah bagi Israel, untuk perdamaian dan untuk dunia’.
Sebagaimana diberitakan, pasca-pengakuan AS bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel, kecaman meluncur dari berbagai kalangan. Salah satu partai terkuat di Palestina, Hamas, mengimbau agar masyarakat kembali memberontak terhadap Israel.
Ia lantas menyerukan agar warga Palestina, umat Islam, dan suku Arab, untuk melakukan unjuk rasa terhadap keputusan AS tersebut pada Jumat 8 Desember. Haniyeh menyebut ‘pemberontakan’ tersebut sebagai ‘Hari Kemarahan’.
BACA JUGA: Yerusalem Diakui Ibu Kota Israel, Hamas Serukan Pemberontakan 8 Desember
Dalam pemberontakan tersebut, seorang pria bernama Mahmoud al-Masry (30) ditembak dari belakang dan terbunuh di wilayah timur Khan Younis oleh tentara Israel. Kementerian Kesehatan Palestina sebelumnya juga mengonfirmasi bahwa terdapat dua orang tewas saat demonstrasi tersebut.
Bulan Sabit Merah melaporkan bahwa lebih dari 200 orang terluka di seluruh Palestina, di mana 110 korban luka luka-luka berada di daerah dekat tempat Masry meninggal.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)