SINYAL perbaikan hubungan antara Korea Utara (Korut) dengan Korea Selatan (Korsel) menguat setelah Kim Jong-un menunjukkan sikap yang melunak. Sang diktator muda ingin agar peringatan 70 tahun berdirinya Korut diwarnai dengan upaya menjaga perdamaian dengan Korsel.
Salah satu faktor melunaknya Korut adalah Olimpiade Musim Dingin 2018 yang digelar di Pyeongchang, Korsel. Presiden Moon Jae-in beberapa waktu lalu mengungkapkan harapan agar tetangganya itu mau berpartisipasi meski pendaftaran sudah ditutup.
BACA JUGA: Korsel Sambut Baik Keinginan Korut Tampil di Olimpiade Musim Dingin 2018
Gayung bersambut. Korut bersedia mengikuti gelaran Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang yang digelar Februari mendatang. Korsel menyikapi itikad baik itu dengan mengusulkan perundingan level tinggi di Desa Panmunjom pada 9 Januari.
BACA JUGA: Korsel Siap Berunding dengan Korut pada 9 Januari
Ajang olahraga memang sedianya dipisahkan dari politik. Akan tetapi, tidak jarang politik justru mempengaruhi jalannya sebuah ajang olahraga. Meski berseteru di ranah politik, Korut dan Korsel beberapa kali hadir dalam ajang yang sama. Berikut partisipasi Korut dalam hajatan besar di Korsel, melansir dari Reuters, Kamis (4/1/2018):
1. Asian Games 2002 di Busan
Korut mengirim sekira 606 anggota delegasi ke Busan, Korea Selatan, termasuk 184 orang atlet, 288 orang pemandu sorak, dan 134 orang ofisial. Atlet dari kedua negara bahkan berparade dalam barisan yang sama pada acara pembukaan dan penutupan. Kontingen tersebut datang dengan penerbangan langsung dari Korut serta lewat jalur laut.
Pemandu sorak dari Korut menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Korsel karena kecantikan serta koreografi yang menawan. Yang menarik, istri Kim Jong-un, Ri Sol-ju, pernah datang ke Korsel sebagai bagian dari pemandu sorak pada 2005 untuk mengikuti Kejuaraan Atletik Asia di Incheon.
2. Asian Games 2014 di Incheon
Korea Utara mengirimkan 273 orang atlet serta ofisial ke ajang tersebut. Mereka tinggal di perkampungan atlet yang dibangun khusus untuk ajang Asian Games.
Akan tetapi, Pyongyang tidak mengirimkan pemandu sorak karena hubungan yang buruk dengan pemerintah Korsel di bawah Presiden Park Geun-hye. Korut bahkan mengancam menarik diri dari ajang tersebut dan menuduh Korsel berupaya menghalang-halangi partisipasi atletnya.
Kali ini atlet dari kedua Korea juga tidak berparade bersama selama seremoni. Kim Jong-un hanya mengirimkan tiga ajudan seniornya ke Korsel untuk menghadiri penutupan. Mereka hanya diberikan waktu 24 jam untuk kemudian kembali ke negara asal.
BACA JUGA: Kim Jong-un Bersedia Kurangi Tekanan Militer agar Berdamai dengan Korsel
Cerita kedua Korea di ajang olahraga tidak hanya sampai di situ. Pada Olimpiade 2000 di Sydney, Australia, atlet dari kedua negara berparade bersama di upacara pembukaan. Hal tersebut terjadi setelah kedua Korea menggelar pertemuan bersejarah di bawah pemerintahan Presiden Kim Dae-jung.
Namun, Korea Utara sempat memboikot Olimpiade Seoul yang digelar pada 1988. Sembilan bulan sebelum acara, mata-mata Korut meledakkan bom di atas pesawat maskapai Korean Air dengan nomor penerbangan 858. Serangan tersebut menewaskan 104 orang penumpang dan 11 kru penerbangan.
Ketua Komite Pelaksana Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018, Lee Hee-beom, menyebut potensi partisipasi Korut itu sebagai hadiah tahun baru. Pihak Korea Selatan saat ini tengah menggodok beberapa rencana demi mengakomodasi perjalanan serta penginapan bagi delegasi Korea Utara.
BACA JUGA: Redakan Tensi Selama Olimpiade, Presiden Korsel Batasi Latgab Militer dengan AS
Lee sempat mengusulkan agar atlet-atlet Korea Utara datang ke Korea Selatan lewat jalur darat karena tidak ada penerbangan langsung antarkedua negara. Dengan demikian, para atlet itu akan melewati zona demiliterisasi (DMZ) yang dijaga ketat tentara perbatasan kedua negara. Jika benar, maka itu adalah pertama kalinya atlet asal Korut tiba di Korsel lewat jalur darat.
(Rahman Asmardika)