SEOUL – Perundingan antara Korea Utara dan Korea Selatan di Desa Panmunjom berlangsung dengan baik. Salah satu hasil yang dicapai adalah Pyongyang sepakat untuk mengirimkan delegasi atlet yang akan ditemani pejabat senior guna mengikuti Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang.
Akan tetapi, Kepala Delegasi Korea Utara (Korut) untuk perundingan tersebut, Ri Son-gwon mengatakan, pembahasan terkait program nuklir dan persenjataan negaranya hanya akan memiliki pengaruh buruk terhadap hubugan baik antar-Korea yang tengah dirintis kembali.
“Persenjataan Korea Utara hanya ditujukan kepada Amerika Serikat, bukan saudara kami (Korea Selatan), China, atau Rusia,” ujar Ri Son-gwon usai perundingan tersebut, mengutip dari Reuters, Rabu (10/1/2018).
Sementara itu, Korea Selatan sempat meminta kepada Korea Utara untuk mengurangi aksi berbahaya yang dapat menaikkan ketegangan di Semenanjung Korea. Korut sepakat bahwa ada kebutuhan akan jaminan perdamaian di kawasan dan siap mengadakan pembicaraan secara militer dengan Korsel di masa depan.
Pembicaraan secara militer itu mulai dirintis dengan pembukaan kembali hotline yang ditutup selama dua tahun terakhir. Wakil Menteri Unifikasi Korea Selatan, Chun Hae-sung menerangkan, pembukaan kembali hotline militer dilakukan mulai pukul 08.00 waktu setempat.
BACA JUGA: Besok Pagi, Hotline Militer Korsel-Korut Tersambung Kembali
Sambungan telefon itu ditutup oleh Korea Selatan pada Februari 2016 ketika Seoul di waktu bersamaan menutup kawasan industri bersama Kaesong. Akan tetapi, hotline militer di sisi timur Semenanjung Korea yang ditutup sejak 2008 tidak ikut dibuka kembali.
Saluran komunikasi antarkedua Korea pertama kali dibentuk pada 2002-2003. Pada masa itu Pyongyang dan Seoul menikmati masa-masa keemasan dari hubungan dekat di bawah pemerintahan Presiden Korsel Kim Dae-jung dan Roh Moo-hyun.
Korea Selatan dan Korea Utara juga memiliki sambungan telefon untuk kepentingan sipil di Panmunjom yang dibentuk pertama kali pada 1971. Sambungan itu digunakan untuk menyusun pertemuan pemerintah kedua Korea guna membahas urusan-urusan politik dan kemanusiaan.
BACA JUGA: Sekjen PBB Sambut Baik Terbukanya Kembali Saluran Komunikasi Korut-Korsel
Akan tetapi, sambungan telefon sipil itu kerap putus-sambung mengingat situasi di Semenanjung Korea. Sambungan itu sempat enam kali diputuskan di kala ketegangan meningkat namun kembali dihidupkan menjelang perundingan yang diusulkan oleh Korea Selatan.
(Wikanto Arungbudoyo)