Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Pengayuh Becak dan Harapan Mengaspal Lagi di Ibu Kota

Hotlas Mora Sinaga , Jurnalis-Selasa, 23 Januari 2018 |08:04 WIB
Kisah Pengayuh Becak dan Harapan Mengaspal Lagi di Ibu Kota
Saidi, pengayuh becak di Jakarta. (Foto: Hotlas Mora/Okezone)
A
A
A

"KALAU biasa di sini, namanya Saidi. Kalau dari negara, namanya Saidi of the Ride. Nama astronot, nama astronot," kata pria kelahiran 1952 itu begitu ceria dengan logat Tegalnya yang begitu kental.

Sepertinya yang dimaksudkan oleh Saidi ialah Arrash Saidi, seorang pemain sepeda BMX asal California, Amerika Serikat. Ia mengira nama yang diberikan seseorang itu merupakan julukan dari negara untuknya sebagai "astronot".

Nyatanya, Saidi bukanlah seorang astronot, bahkan belum pernah terbang ke luar angkasa dan menginjak bulan atau planet selain bumi. Sehari-hari, pijakannya adalah pedal sepeda roda tiga dengan kompartemen terbuka di depannya untuk mengangkut orang atau barang, alias becak. Sejak 2001, Saidi "berkantor" di sekitar Jalan Muara Baru Raya, Jakarta Utara, sejak 2001 silam.

Sore itu, Saidi amat lepas berbincang dengan Okezone. Pria asal Pekalongan itu bahkan menunjukkan sebuah kertas bertuliskan "Rabu 17 Januari 2017. 5 Ratus Juta Milyar Triliun Dunia." Saidi mengklaim, kertas bertinta spidol biru itu merupakan bukti bahwa Negara punya hutang kepadanya.

(Baca juga: Soal Becak di Jakarta, Anies Diminta Tiru Strategi Wali Kota Surabaya)

Saidi tidak gila meski ia akui kerap dibilang sinting oleh orang lain, bahkan bosnya sendiri. "Saya punya anak buah sinting. Masa dapat semiliar dari Megawati," ucap Saidi menirukan perkataan bosnya lalu tertawa, bersahutan dengan riuh klakson tronton di pinggir jalan raya.

Untuk membuktikan kewarasan, Saidi mengomentari kebijakan baru Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang kembali 'menghidupkan becak'. Dengan raut wajah serius, Saidi menilai, kebijakan itu seharusnya berpihak kepada pebecak lama dengan membatasi jumlah unit becak yang beredar.

"Kalau enggak, penghasilan saya yang sedikit bisa makin melilit akibat banyaknya sopir becak baru," tuturnya.

Di saat yang sama, kolega Saidi, Datim (50), bersyukur dengan kebijakan tersebut. Pasalnya, ia tidak perlu lagi ‘kucing-kucingan’ dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Datim menyebut, selama 10 tahun mengendarai becak, ia kerap harus bersembunyi di gang-gang jika tahu ada petugas yang akan lewat.

"Pas ada garukan kan langsung diambil. (Becak) saya sudah pernah (disita) sekali. Tukang becak lain sudah kena semua," kata Datim.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement