Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah The Scream, Lukisan yang Diyakini Terinspirasi dari Letusan Dahsyat Gunung Krakatau

Wikanto Arungbudoyo , Jurnalis-Rabu, 07 Februari 2018 |08:01 WIB
Kisah <i>The Scream</i>, Lukisan yang Diyakini Terinspirasi dari Letusan Dahsyat Gunung Krakatau
The Scream karya Edvard Munch.
A
A
A

SELAIN lukisan "Mona Lisa" karya Leonardo da Vinci, lukisan berjudul "The Scream" karya Edvard Munch juga menjadi karya seni lukis yang paling mudah dikenali di dunia. The Scream sering disebut sebagai ikon seni modern serta maha karya dari gaya melukis ekspresionis.

The Scream adalah salah satu dari empat lukisan berseri Munch yang diberi judul Der Schrei der Natur (Teriakan Alam). Edvard Munch menyelesaikan "The Scream" pada 1893, beberapa bulan setelah menggambar sketsa di atas kanvas.

Lukisan "The Scream" menampilkan sesosok manusia yang wajahnya dipenuhi oleh ekspresi ketakutan dan kecemasan berlebihan. Latar belakang lukisan menampilkan langit berwarna jingga dan permukaan air yang berwarna suram.

Banyak ahli beranggapan bahwa Munch ingin menunjukkan ekspresi ketidakstabilan mental dan rasa takut. Namun, nukilan buku harian Edvard Munch mengungkapkan inspirasi di balik lukisan itu: Letusan Gunung Krakatau.

“Saya sedang berjalan-jalan bersama dua orang teman dan matahari sedang terbenam. Tiba-tiba langit berubah menjadi merah darah, saya berhenti. Merasa kelelahan dan bersandar di pagar,” tulis Edvard Munch dalam buku harian itu, mengutip dari The Vintage News, Rabu (7/2/2018).

“Lidah api menyala-nyala di atas kota dan teman saya terus saja berjalan. Saya berdiri gemetaran penuh rasa khawatir. Saya merasakan adanya teriakan mengerikan dari alam,” imbuh pria asal Norwegia itu.

Penganut aliran ekspresionis amat jarang melukis berdasarkan kejadian nyata yang dilihat langsung. Mereka biasanya melukis berdasarkan penglihatan atau gambaran situasi yang ada di kepala. Namun, Profesor Astronomi dan Fisika dari Texas State University, Donald Olson mengatakan, lukisan itu terinspirasi dari langit jingga yang tak biasa yang dilihat si pelukis pada 1883-1884.

Pada masa itu, abu vulkanik dari Gunung Krakatau di Indonesia sudah mencapai Benua Eropa. Akibatnya, langit padawaktu terbit dan terbenamnya matahari di Norwegia, tempat asal Edvard Munch, berubah menjadi merah darah serta jingga yang lebih pekat.

Erupsi Gunung Krakatau terjadi pada akhir Agustus 1883 dan hingga kini disebut-sebut sebagai bencana alam dengan efek penghancuran paling dahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah. Seluruh Pulau Krakatau hancur. Letusan menyebabkan tsunami setinggi 30 meter (m). Gabungan dari letusan dan tsunami itu menyebabkan sekira 37 ribu orang tewas.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement