LANGKAHNYA yang memutuskan untuk terjun langsung ke dalam dunia politik menjadi inspirasi bagi kaum muda. Lahir dari keluarga seorang aktivis reformasi sekaliber Amien Rais menjadikannya sosok muda yang kritis dan inovatif. Tak heran kemampuan politiknya pun tak jauh dari sang ayah yang patut diperhitungkan.
Selepas menamatkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta pada 1998, suami Dokter Gigi Astriani Karnaninrum ini melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM pada 2003. Sedangkan gelar Srata Dua diraihnya di National University of Singapore dengan mengambil prodi Politik Internasional.
(BACA JUGA: Foto-Foto Penuh Kekraban Okezone dan Hanafi Rais)
Saat menjadi mahasiswa, pria kelahiran Chicago, Amerika Serikat, ia banyak dan boleh dikatakan aktif bergelut di dunia pers. Meskipun begitu, ia termasuk pengagas kembali eksistensi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di UGM.
(Hanafi Rais berbincang dengan tim Okezone sebelum melakukan wawancara khusus di KRL; foto: Okezone)
Selama sekira 20 menit, perjalanan dari Stasiun Jurangmangu, Tangerang Selatan, hingga Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, diisi obrolan seputar keseharian Hanafi di Komisi I DPR RI.
"Hampir tiap bulan atau bahkan tiap minggu saya mengamati negara kita ini terekspose dengan urusan-urusan luar negeri, jadi urusan politik luar negeri pertahanan, keamanan, bisa dibilang urusan 24 jam," tutur Hanafi.
(BACA JUGA: Hanafi Rais, Anggota DPR yang Hobinya Naik KRL)
Petikan itu merupakan hal yang dianggap paling krusial dalam melaksanakan tugas sebagai Komisi I DPR. Di sana, katanya, merupakan kunci dalam menjaga stabilitas negara.
"Misalnya, kebijakan Amerika baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki dampak kepada kita. Di Asia, kita bisa lihat bagaimana China sekarang bangkit dan menguasai Asia Tenggara. Itu kan punya impak ke Indonesia. Juga kasus terorisme di Filipina Selatan, berisiko terhadap keamanan negara kita," ungkapnya.
(Hanafi Rais menyibukan dirinya dengan membaca saat berada di KRL menuju kantornya di DPR; foto: Ist)
Untuk itu, mantan dosen UGM itu menyebut pentingnya menangkal berbagai hal yang berpotensi memengaruhi stabilitas negara. Ia juga menuturkan, saat ini Komisi I juga tengah fokus terhadap kampanye Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Selain Kemlu melakukan diplomasi, Komisi I memainkan jalur kedua kita yaitu memaksimalkan fungsi diplomasi parlemen. Jadi kalo kami melakukan kujungan kerja, kami pilih daerah mana yang memang belum terjangkau atau kurang punya perhatian terhadap Indonesia. Lalu kami datangi dan bertemu dengan pemerintah di sana unthk mendapatkan dukungan," jelasnya.