Kedua, lanjut dia, cawapres untuk Jokowi harus merepresentasikan kelompok Islam yang kuat. Hal ini dikarenakan sentimen populisme Islam cukup masif saat ini.
"Setidaknya ini untuk memproteksi Jokowi dari isu-isu Islam yang rentan dimobilisasi," jelasnya.
Ketiga, ia menyarankan Jokowi memilih pendamping dari luar Jawa lagi, sehingga bisa menyasar pemilih luar pulau. Saat ini Jusuf Kalla (JK) yang menjadi wakil presiden merupakan politikus sekaligus pengusaha yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.
"Model ini biasanya menjadi pakem politik kita yang masih tradisional, yang melihat pentingnya komposisi capres dan cawapres dari Jawa dan non-Jawa," ungkapnya.
Meski begitu, ketiga syarat cawapres tersebut menjadi tidak relevan jika elektabilitas Jokowi sampai pada tahap sangat aman yakni di atas 60 persen.