JEJU – Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in, meminta maaf atas nama negara atas tragedi pembantaian di Pulau Jeju pada 3 April 1948. Pria berusia 65 tahun itu menjadi presiden pertama yang menghadiri peringatan tragedi Jeju dalam satu dekade terakhir.
Kepada sekira 15 ribu hadirin, termasuk sejumlah penyintas, Moon berjanji untuk mengungkap fakta di balik tragedi. Ia juga menjanjikan pengembalian kehormatan para korban, memberi kompensasi, serta mengembalikan jenazah para korban yang hilang.
“Saya, sebagai presiden, meminta maaf sekali lagi atas semua rasa sakit yang dialami akibat kekerasan negara dan upaya (untuk menyembuhkan mereka), dan juga sangat menghargai mereka,” ujar Presiden Moon Jae-in, melansir dari Yonhap, Selasa (3/4/2018).
“Hari ini, saya berjanji untuk melangkah maju menuju resolusi lengkap untuk insiden 3 April tanpa ragu. Tidak akan ada penangguhan atau kemunduran dalam upaya kami memverifikasi kebenaran di balik insiden itu dan mengembalikan kehormatan para korban,” imbuh Ketua Partai Demokratik itu.
Ia menekankan, pemerintah atas kerjasama dengan legislator terkait, akan berupaya sebaik-baiknya untuk mendukung para korban serta keluarganya lewat sejumlah tindakan. Salah satu yang diupayakan adalah pendirian pusat perawatan trauma nasional.