SOLO - Kediaman Supangat di RT 5 RW 4 Kelurahan Kadiporo, Banjarsari, Solo tampak sepi. Meski sepi, rumah berukuran cukup besar ini dibiarkan terbuka. Setelah memakirkan kendaraan tepat di bawah papan nama bertuliskan Sapto Dharmo yang mulai mengelupas catnya, Okezone pun mengetuk lonceng kecil yang tergantung di pintu pagar rumah.
Tak lama, keluar seorang perempuan tua dari pintu samping. Sambil mengelap keringat di dahinya, perempuan yang telah berumur yang ternyata istri dari Supangat ini pun mempersilahkan masuk.
"Mau bertemu bapak? Kemana tadi ya. Katanya mau jalan-jalan. Paling cuma putar-putar sini saja. Lah, tidak pakai baju tadi mutarnya," terang perempuan yang minta dipanggil bu Pangat ini mengawali pembicaraannya, belum lama ini.
Awalnya bu Pangat ini begitu semangat bercerita tentang kehidupannya. Mulai dari putra-putrinya yang sudah bekerja hingga aktivitas sehari-hari. Sikap yang tadinya semangat dalam bercerita, mendadak berubah saat mengetahui yang datang adalah seorang wartawan.
"Oh wartawan toh. Saya kira putra dari salah anggota Sapto Dharmo. Saya lupa bertanya tadi. Ditunggu saja ya, bentar lagi datang," jelas bu Pangat sambil beranjak masuk kembali ke pintu samping yang ternyata mengarah ke dapur. Belum lama bu Pangat beranjak dari tempat duduk, orang yang ditunggu pun datang.
Tak lama kemudian, orang yang ditunggu datang. Melihat suaminya datang, bu Pangat pun buru-buru menghampiri suaminya. "Pak, dicari wartawan, itu orangnya," ungkap bu Pangat pada suaminya.
Setelah mendengar penjelasan istrinya, Supangat pun menghampiri. "Tepangaten kulo Supangat (kenalkan saya Supangat)," terang Supangat.
Sepintas, Supangat yang ditaksir telah berumur kepala tujuh terlihat kaku orangnya. Bahkan suasanapun yang awalnya kaku, berubah santai, saat Supangat bercerita tentang aliran kepercayaan yang dianutnya. Namun, saat ditanya berapa umur Supangat, pria ini enggan menyebutkannya.
"Sing penting seger waras, mas. Umur kangge nopo (Yang penting sehat, umur buat apa)," paparnya.
Menurut Supangat, meski dirinya dan istrinya memiliki kepercayaan berbeda, namun mayoritas warga di sekitar tidak mempermasalhakan. Mayoritas warga di mana Supangat tinggal adalah Muslim dan Nasrani. Namun mereka tak mempermasalahkan dirinya dan rumah miliknya yang kerap dipakai untuk menggelar kegiatan bagi anggota aliran kepercayaannya.
Supangat sampaikan, dirinya dipercaya sebagai salah satu pimpinan kecil di sekitar tempat tinggalnya. Meski terbatas hanya dilingkungannya, tapi penganut kepercayaan dari daerah lain di wilayah Kadipiro, ada juga yang datang ke rumahnya.
"Jadi kepercayaan yang saya anut itu ada pembagian wilayah. Saya itu khusus untuk wilayah sini. Jadi yang datang itu penganut yang rumahnya dekat sama rumah saya. Tapi ada juga yang datang dari wilayah lain," terangnya.