SANAA – Bom Raytheon Mark 82 buatan Amerika Serikat (AS) diduga kuat digunakan dalam pengeboman sebuah bus penuh anak-anak di Dahyan, Yaman pekan lalu setelah pecahannya ditemukan di lokasi kejadian. Insiden yang terjadi pada Kamis lalu itu menewaskan 51 orang, 40 di antaranya anak-anak, dan melukai sedikitnya 79 lainnya.
RT, Selasa (14/8/2018) melaporkan, foto-foto dari lokasi serangan yang dibagikan oleh jurnalis Nasser Arrabyee menunjukkan pecahan yang diyakini berasal dari bom seberat lebih dari 220 kilogram itu. Meski foto-foto pecahan bom itu belum bisa diverifikasi, namun pecahan Mark-82 telah berulangkali dilaporkan terlihat di berbagai lokasi pengeboman di Yaman.
BACA JUGA: Serangan Koalisi Arab Saudi terhadap Bus Tewaskan 29 Bocah
Bom yang diproduksi perusahaan pertahanan General Dynamics itu menjadi sorotan pada 2016 saat pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi mengebom aula komunitas di Sanaa di tengah upacara pemakaman pemuka agama Sheikh Ali al-Rawishan, menewaskan 140 orang dan melukai 525 lainnya.
The remnants of the US bombs that killed Yemen children in the latest US-Saudi massare and war crime of August 9th, 2018
— Nasser Arrabyee (@narrabyee) August 11, 2018
In Saada north Yemen. pic.twitter.com/z8bvadwncG
Penjualan senjata buatan AS yang dijual kepada Arab Saudi banyak mendapat kecaman dari organisasi hak asasi manusia dan disebut-sebut sebagai salah satu faktor tingginya tingkat kematian warga sipil di Yaman. Berdasarkan data PBB, lebih dari 10.000 orang telah terbunuh selama tiga tahun perang berkecamuk di negara itu.
Meski telah ada seruan dari LSM dan bahkan anggota parlemen AS untuk menghentikan pasokan senjata ke Saudi di tengah konflik yang sedang berlangsung, pada 2016 dan 2017, Pentagon terus memberikan kontrak penting pada Lockheed Martin / General Dynamics untuk memasok bom MK-82 ke Riyadh.
Namun, pekan ini Juru Bicara Komando Pusat AS, Mayor Josh Jacques mengatakan, sulit untuk mengetahui dari mana bom yang menghantam bus di Yaman tersebut berasal. Selain Arab Saudi, pada 2016 AS juga diketahui menjual Mark-82 kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Prancis, Irak sementara Australia dan Bahrain juga mengikat kontrak pembelian bom tersebut pada 2017.
"Kita mungkin tidak pernah tahu jika amunisi (yang digunakan) adalah salah satu yang dijual AS kepada mereka," ujarnya.
(Rahman Asmardika)