MONROVIA – Pengiriman kontainer berisi uang bernilai sekira USD104 juta (sekira Rp1,5 triliun) dalam pecahan mata uang Liberia atau setara dengan lima persen Pendapatan Domestik Kotor (GDP) negara itu dilaporkan telah hilang tanpa jejak. Uang yang dipesan oleh Bank Sentral Liberia kepada percetakan uang di China dan Swedia itu hilang hanya beberapa saat setelah sampai di Liberia.
Presiden George Weah yang mulai menjabat sejak Januari tahun ini menyalahkan hilangnya uang itu pada pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Ellen Johnson Sirleaf.
BACA JUGA: Liberia Terancam Bangkrut, George Weah Potong Gaji 25%
Namun, meskipun pejabat pemerintah mengatakan bahwa kontainer tersebut tiba pada November tahun lalu saat Sirleaf masih menjabat, dokumen pengiriman dari pelabuhan yang bocor menunjukkan bahwa kargo itu diberi izin pada Februari dan Maret tahun ini, setelah Presiden George Weah menjabat.
Sirleaf yang telah menyerahkan jabatannya kepada Weah marah dan membantah tuduhan tersebut.
“Sangat disayangkan bahwa pemerintah akan memberikan informasi palsu yang dengan kejam menimpakan reputasi pejabat masa lalu dan negara itu sendiri,” katanya sebagaimana dilansir Sputnik, Senin (24/92/2018).
Sebanyak 15 pejabat, termasuk Charles Sirleaf, mantan gubernur Bank Sentral dan putra Ellen Sirleaf, telah dilarang meninggalkan negara itu sebagai bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung. Sementara pihak oposisi menuntut dilakukannya penyelidikan independen atas kasus yang mengancam kestabilan ekonomi negara Afrika itu.
Dolar Liberia telah jatuh 20 persen terhadap dolar Amerika Serikat sejak George Weah mengambil alih pemerintahan pada Januari. Inflasi yang semakin tidak terkendali juga membuat kehidupan kian sulit bagi rakyat Liberia.
BACA JUGA: Mantan Pesepakbola George Weah Terpilih Jadi Presiden Liberia
Liberia menikmati 12 tahun kedamaian di bawah Presiden Ellen Johnson Sirleaf, tetapi harapan untuk kebangkitan ekonomi setelah perang saudara antara 1989 dan 2003 dirusak oleh merosotnya harga komoditas yang memukul ekspor bijih besi dan karet.
Negara Afrika Barat juga merasakan akibat dari krisis Ebola 2014-16, yang menyebabkan sekira 4.800 orang tewas.
(Rahman Asmardika)