Apa saja skenarionya?
Jika DPR dan Senat kembali dikuasai oleh Partai Republik, maka berbagai ancaman investigasi terhadap Trump dan pemerintahannya akan jauh lebih berkurang.
Presiden Trump juga akan lebih mulus mewujudkan berbagai visi dan misi pemerintahannya: mulai dari pencairan dana untuk pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko, hingga hasratnya untuk mempreteli Obamacare.
Lalu bagaimana jika Demokrat yang memenangkan Pemilu Paruh Waktu, dan menguasai Senat dan DPR AS?
Ini akan jadi skenario mengerikan bagi Presiden Trump. Berbagai agenda “Make America Great Again” akan mangkrak di DPR.
Selain itu, Senat yang dikuasai Demokrat akan bisa ‘menekan’ Trump untuk lebih mencalonkan hakim-hakim yang tidak terlalu konservatif, pada berbagai posisi penting di Amerika.
Namun, hasil yang dianggap paling mungkin terjadi pada pemilu kali ini adalah: Demokrat menguasai DPR, sementara Senat dikuasai Republik.
Dengan kondisi ini, berbagai rancangan undang-undang (RUU) yang diusulkan kubu Republik, bisa ditolak di level DPR.
Demokrat juga dapat mengusulkan pemakzulan terhadap Presiden Trump. Meskipun begitu, penentu apakah presiden bersalah atau tidak adalah para Senat yang berperan sebagai juri.
Kandidat Muslim, LGBT, dan minoritas lainnya
Pemilu Paruh Waktu tahun ini adalah salah satu pemilu dengan kandidat paling beragam dalam sejarah perpolitikan Amerika.
Sebanyak lebih 90 warga Muslim Amerika, sebagian besar berasal dari Partai Demokrat, ikut berlaga dalam pemilu tahun ini, jumlah terbanyak setidaknya sejak tragedi 11 September 2001 lalu.
Peranan kandidat Muslim dianggap penting karena dinilai bisa memberikan perimbangan dan suara berbeda terkait berbagai kebijakan pemerintahan Trump.
Seperti diketahui dalam dua tahun terakhir, Presiden Trump pernah mengeluarkan kebijakan yang dinilai merugikan warga Muslim. Misalnya larangan sementara kunjungan ke Amerika, bagi warga dari lima negara dengan warga mayoritas Muslim.
Tidak hanya itu, dari total 964 kandidat yang akan bersaing di tahap akhir Pemilu Paruh Waktu, baik untuk posisi DPR, Senat dan Gubenur, 411 di antaranya adalah perempuan, warga non-kulit putih dan LGBT.
Lebih detailnya, dari seluruh kandidat, 272 adalah perempuan; sebanyak 216 orang adalah warga kulit hitam, hispanik, Asia, Indian atau ras campuran; sementara sebanyak 26 orang merupakan lesbian, gay, biseksual atau trangender.
Lagi, mayoritas dari mereka berasal dari Partai Demokrat.
Sejumlah kandidat minoritas tersebut akan mencetak sejarah jika terpilih; di antaranya perempuan muslim pertama yang jadi anggota Kongres, gubernur transgender pertama, hingga gubernur Asia pertama.
Banyaknya kandidat dari unsur minoritas ini membuat proporsi kandidat lelaki kulit putih yang selalu mendominasi, berada dalam persentase terendah dalam sejarah perpolitikan Amerika, yaitu 58%, menurut laporan New York Times.