KARANGANYAR - Warga di Sendang, Sepanjang, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah mulai bisa melawan rasa takut mereka terhadap kehadiran macan tutul Gunung Lawu yang berusaha masuk ke perkampungan mereka. Tak diperbolehkan membunuh macan tutul, mereka menemukan cara sederhana untuk menghalau hewan langka itu ke kembali hutan.
Macan itu diduga telah menyerang delapan ekor kambing milik warga bernama Arjo Paimin pada 30-31 Oktober 2018 lalu. Seorang warga di Sendang, Gimah (40) mengaku sempat dilanda ketakutan setelah serangan itu. Kebetulan, lokasi serangan macan di Arjo Paimin sangat dekat den
“Rumah saya dengan Pak Arjo Paimin bersebelahan. Saat serangan itu, saya tak mengetahui apa-apa. Awalnya juga takut. Tapi sekarang sudah tidak. Setelah warga ronda berhari-hari, tidak ada serangan lagi. Saya hanya berharap tak ada serangan macan lagi,” kata Gimah, seperti dikutip dari Solopos.com, Selasa (6/11/2018).
Hal senada dijelaskan warga Sendang lainnya, Ny Wardi (50). Beberapa warga di Sendang masih waswas dengan serangan susulan dari macan Gunung Lawu. Terlebih, beberapa warga masih melihat tapak macan tak jauh dari permukiman warga.
“Sehari-hari, saya juga membuka warung kelontong. Sebelum mendengar serangan macan itu, saya biasanya menutup warung di atas pukul 21.00 WIB. Saat mendengar ada serangan macan itu, saya menutup warung kelontong saya pukul 19.00 WIB. Takut ada serangan lagi. Saat saya di dalam rumah lalu mendengar suara kemlotak dari luar rumah, terkadang saya masih takut (muncul macan di dusunnya-red),” kata dia.
Sedangkan cara efektif mencegah kehadiran macan gunung itu ialah dengan menggelar ronda dan membuat bunyi-bunyian. Ronda malam yang biasanya dilakukan warga ini juga diikuti aparat Polsek Tawangmangu dan petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng. Ronda biasanya dilakukan saat pukul 19.00-00.00 WIB.
“Warga di Sendang ini seluruhnya memiliki hewan ternak. Sebagian besar kandang milik warga sudang permanen. Kandang yang masih terbuat dari bambu sekitar 30 persen dari jumlah KK di Sendang. Kandang yang belum permanen itu sudah dikuati warga dengan menggunakan kayu atau seng. Di sisi lain, warga juga menyetel radio atau membuat bunyi-bunyian di sekitar kandang. Itu cara warga mengusir macan,” kata Kadus Sendang, Warno.
Sementara itu, Asisten Perhutani (Asper) Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Lawu Utara, Edy Saryono, mengatakan warga di Sendang dilarang membunuh macan Gunung Lawu meski hewan buas itu dinilai mengancam keselamatan orang. Warga diminta untuk mengusir atau menghalau saat melihat macan Gunung Lawu di waktu mendatang.
“Tidak diperbolehkan membunuh karena macan itu termasuk satwa yang dilindungi. Cukup diusir saja. Toh, macan itu biasanya akan pergi sendiri ketika melihat ada aktivitas manusia di sekitarnya,” ucap Edy.
(Rizka Diputra)