MALANG - Brain wash aparatur sipil negara (ASN) menjadi bagian dari 99 hari kerja Sutiaji - Sofyan Edi Jarwoko, selaku Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang. Ditarik pada "titik nol" pemikiran dan spiritual, Sutiaji mencuci otak dan batin para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Malang.
Hilangnya integritas, karena seseorang tercerabut dari hakekatnya selaku manusia yang bermartabat, yang senantiasa mengedepankan kejujuran, kemuliaan akhlak dan tindakan serta cara pandang yang terlalu condong pada perspektif materiil.
"Bisa jadi sosialisasi peraturan demi peraturan telah kita lakukan. Kaidah hukum perundangan juga diberikan. Namun, masih saja terjadi pelanggaran, indisilpliner, hingga kasus hukum. Itu karena ada ruang kosong yang sepenuhnya belum terisi, yakni sisi ruhaniah, batiniah dan mental spiritual, "ujar Sutiaji bertutur atas gagasan program "cuci otak" ASN di lingkungan Pemkot Malang.
Bagi Sutiaji, mengetuk sisi kemanusiaan dan spritual yang paling dalam pada diri setiap orang, akan menjadi fondasi yang kuat. Dan, itu harus ajeg teralir dalam sebuah program kerja, karena ujar kebaikan mesti sering terdengar dan diketahui, apabila tidak dihidupkan terus menerus akan tenggelam dengan keburukan yang dibangun secara sistematis.
Apa yang digagas Wali Kota Malang yang juga dekat dengan anak anak muda kreatif ini juga mempertimbangkan keprihatinan mendalam atas bersilwerannya informasi bohong (hoax) serta ujaran kebencian dan juga dikalangan ASN, yang itu bisa merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari data yang dilansir Kementerian Kominfo, konten hoax di Indonesia sudah mencapai 800 ribu konten per tahun. "Jadi bisa dibayangkan berapa ratus konten hoax per bulan yang dijejalkan di tengah tengah kita. Bayangkan pula dari 132, 7 juta pengguna internet, puluhan persen saja apabila terpapar informasi hoax dan lalu ditebarkan kembali secara terus menerus, maka tinggal tunggu waktu saja kehancuran," ungkap Sutiaji.
Untuk menangkal itu, maka spiritual quality akan menjadi solusi terbaik sekaligus sendi penguat bersama langkah peningkatan kualitas literasi.
(Abu Sahma Pane)