Bagi Arief, ibu adalah inspirasi terbesar dalam hidupya. Orang yang paling berjasa, yang berjuang untuk anak-anaknya tanpa pamrih. Kasih ibu mengalir begitu deras, layaknya air terjun, tanpa mengenal berhenti.
“Tak ada peristiwa besar dalam hidup saya tanpa restu ibu. Mau sekolah, mau ujian masuk perguruan tinggi, mau tes masuk ke perusahaan, mau kerja, saya selalu minta doa dan restu ke ibu. Itu sebabnya begitu ibu meninggal, saya kehilangan pegangan. Karena sudah tak ada lagi yang mendoakan,” kenangnya.
Diakui Arief, ada banyak permasalahan yang bisa ia lalui dengan mudah. Ia pun meyakini bahwa itu semua tak lepas dari doa ibu. Menurutnya, sang ibu sering kali, bahkan mungkin sepanjang hidupnya, selalu salat malam atau Salat Dhuha untuk mendoakan anaknya.
“Saya percaya, ridho Illahi adalah ridho Ibu. Murka Illahi adalah murka Ibu. Itu dijamin oleh Tuhan,” tegasnya.
Arief kembali mengenang masa kecilnya. Setiap kali sang ibu datang ke perkawinan, makanannya tidak pernah ia santap. Ia bungkus makanan tersebut dan dibawa pulang untuk anak-anaknya.