Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Lokasi Longsor Sukabumi Dinilai Rawan Bencana dan Tak Layak Huni

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 02 Januari 2019 |08:50 WIB
Lokasi Longsor Sukabumi Dinilai Rawan Bencana dan Tak Layak Huni
Longsor Sukabumi (BNPB)
A
A
A

JAKARTA - Masyarakat di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, tidak mengantisipasi bencana tanah longsor yang terjadi pada malam tahun baru meski mengetahui bahwa daerah tersebut rawan bencana, menurut perangkat daerah setempat.

Camat Cisolok, Asep Mauludin, mengatakan bahwa tidak diprediksi ada gejala-gejala untuk longsor di Kampung Cimapag, yang kini rata dengan tanah.

 https://img-o.okeinfo.net/content/2019/01/02/525/1998772/pencarian-20-korban-longsor-di-sukabumi-dilanjutkan-pagi-ini-mcPzel2lHT.jpg

Seorang pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menjelaskan bahwa kawasan tersebut merupakan daerah yang rawan dan "tidak layak untuk dihuni", tapi sulit meyakinkan warga untuk pindah.

 Baca juga: Update Korban Longsor Sukabumi, BNPB: 9 Tewas, 4 Luka-Luka, 34 Hilang

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sukabumi rentan terhadap longsor, menurut data.

Bencana longsor pada Selasa 31 Desember 2018, menjelang waktu salat Magrib itu dipicu oleh hujan deras selama beberapa jam. Warga Kampung Cimapag, Bohana, mengatakan peristiwa itu terjadi secara tiba-tiba.

"Mendengar suara itu ngahiung (mendengung), dari rumah langsung mau keluar nengok itu longsor. Begitu nengok longsor ternyata sudah terlihat, sudah sampai rumah," kata Bohana seperti dilaporkan wartawan di Sukabumi, Rizal, untuk BBC News Indonesia.

 Baca juga: Lokasi Longsor Sukabumi Jadi Objek Wisata Dadakan

Laki-laki berusia 35 itu mengaku menyadari bahwa dirinya tinggal di daerah rawan longsor, tapi ia tidak pernah disuruh untuk pindah.

Kampung Cimapag terletak di bawah bukit terjal dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Daerah tersebut memiliki tanah gembur yang mudah longsor ketika curah hujan tinggi.

Namun Asep Mauludin mengatakan warga tak mengira longsor akan terjadi.

"Sebelumnya memang tidak diprediksi bahwa ini akan terjadi longsor karena mungkin sudah berpuluh-puluh tahun warga, masyarakat sudah menghuni," ujarnya kepada BBC News Indonesia lewat sambungan telepon.

 Baca juga: Pencarian Korban Longsor Sukabumi Dilakukan Manual Tanpa Alat Berat

Kini, puluhan rumah di Kampung Cimapag tertimbun oleh tanah. Sebanyak 15 warga ditemukan meninggal dunia sementara 20 lainnya dinyatakan hilang, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.


'Tidak layak untuk dihuni'

Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman, mengatakan bahwa Kecamatan Cisolok memang rawan banjir dan longsor. Tanah longsor terjadi di daerah tersebut setiap tahun sejak 2010.

"Dan memang yang terbesar pada tahun ini, akhir 2018," ungkapnya dalam jumpa pers di Posko Tanggap Darurat Bencana di Kampung Cimapag, Selasa (01/01).

 Baca juga: BNPB: Desa Adat di Sukabumi Berpotensi Dilanda Longsor Susulan

Menurut Eka, berdasarkan pengamatan sementara, daerah tersebut sangat rentan terjadi pergerakan tanah dan tidak layak dihuni. Namun sulit meyakinkan warga untuk pindah.

"Kawasan ini merupakan suatu prioritas kita untuk melakukan mitigasi bencana dari awal. Hanya memang penduduk sini punya adat yang berbeda dari yang di kota. Jadi mereka itu menempati tempat-tempat yang memang mendekati ke area pertanian. Mereka tidak pernah memikirkan kondisi bangunan yang ada," ia menjelaskan.

Komandan Korem 061/Suryakancana, Kolonel (Inf) M Hasan, yang juga hadir dalam jumpa pers, menambahkan bahwa warga berladang dengan membuat terasering di lereng bukit.

"Dengan dijadikan sebagai ladang, dengan menanam tanaman-tanaman yang singkat dan tidak mempunyai akar yang kuat, itulah yang menjadi penyebab [longsor]," ujarnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement