JAKARTA – Memasuki hari ke-15 dalam bulan Januari, banyak peristiwa yang pernah terjadi. Sebut saja momen dibukanya British Museum pada 1759 dan demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial atau yang dikenal dengan Peristiwa Malari pada 1974.
Berikut ini Okezone rangkum berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi pada 15 Januari, sebagaimana dikutip dari Wikipedia.org, Selasa (15/1/2019).
1. Dibukanya British Museum (1759)
British Museum didirikan pada 1753 atau sekira 266 tahun lalu. Museum ini berada di Kota London, Inggris, tepatnya di Great Russell Street. Bristish Museum merupakan salah satu museum terbesar dan terpenting dalam sejarah serta budaya manusia di dunia.
Pada 15 Januari 1759, British Museum mulai diperkenalkan dan pertama kali dibuka untuk publik di Motagu House, Bloomsbury, yang sekarang menjadi lokasi museum ini.
British Museum memiliki koleksi permanen yang berjumlah lebih dari 8 juta benda. Selain itu juga berisi koleksi dengan jumlah terbesar dan terlengkap di dunia yang berasal dari seluruh benua.
2. Lahirnya Susi Pudjiastuti (1965)
Tanggal 15 Januari 1965 merupakan hari kelahiran Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Kerja 2014–2019, Dr (HC) Susi Pudjiastuti. Wanita yang lahir di Pangandaran ini juga merupakan seorang pemilik dan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan; dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat.
Susi dikenal sebagai menteri yang tegas, terlebih lagi terhadap penangkapan ikan secara ilegal. "Tenggelamkan" menjadi jargonnya yang mengacu pada hukuman penenggelaman kapal-kapal asing ilegal di perairan Indonesia.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature , kebijakan agresif yang dimiliki Susi Pudjiastuti terhadap penangkapan ilegal ikan telah mengurangi upaya tangkap sebessar 25 persen dan berpotensi menambahkan jumlah tangkapan sebesar 14 persen dan keuntungan sebesar 12 persen.
Dalam perjalanan kariernya, Susi meraih sejumlah penghargaan, salah satunya Leader for a Living Planet Award dari WWF pada 16 September 2016, sebagai penghargaan atas perannya dalam memajukan pembangunan sektor perikanan dan berkelanjutan, pelestarian alam laut, dan pemberantasan pencurian ikan.
3. Perang Saudara Nigeria (1970)
Disebut sebagai Perang Biafra, perang ini terjadi sejak 16 Juli 1967 dan berakhir pada 15 Januari 1970. Perang Biafra adalah perang untuk menghambat pemisahan antara Biafra dan Nigeria.
Biafra mewakili aspirasi nasionalis rakyat etnis Igbo yang pemimpinnya merasa bahwa mereka tidak bisa lagi hidup berdampingan dengan pemerintah federal yang didominasi orang-orang Utara.
Konflik ini timbul karena ketentangan dalam berbagai aspek, seperti politik, ekonomi, etnis, budaya, dan agama yang timbul sejak proses dekolonisasi formal dari Inggris pada 1960 hingga 1963.
Penyebab langsung perang ialah pada 1966 termasuk kudeta militer, kudeta balasan atau kudeta sebelumnya, serta penganiayaan atau pembinasaan atas orang-orang Igbo yang tinggal di Nigeria Utara. Kontrol atas produksi minyak bumi di Delta Nigeria juga berperan penting dalam perang saudara ini.
Perang ini menyebabkan sekira 2 juta penduduk sipil tewas karena kelaparan dan wabah penyakit. Bencana kelaparan menjadi perhatian dunia pada pertengahan 1968. Saat itu gambar anak-anak yang kekurangan gizi dan kelaparan beredar di media massa di negara-negara Barat. Kelaparan yang membabi buta tersebut merupakan buntut atas blokade yang dilakukan yang sengaja ditimbulkan sebagai startegi perang.

4. Peristiwa Malari (1974)
Pada 15 Januari 1974 terjadi suatu kerusuhan sosial serta demonstrasi mahasiswa yang terkenal dengan Peristiwa Malari atau Malapetaka Limabelas Januari. Demonstrasi ini disertai dengan kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan atau dikenal dengan "Jakarta Berasap".
Peristiwa ini terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang, Tanaka Kakuel, sedang melakukan kunjungan ke ibu kota Jakarta dari 14 hingga 17 Januari 1974. Saat itu mahasiswa merencanakan menyambut kedatangan PM Jepang dengan melakukan demonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Namun, penjagaan yang cukup ketat membuat rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk bandara tersebut.
Kedatangan Ketua Inter-Givernmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P Ronk, dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya saat kedatangan PM Jepang pada Januari 1974, disertai demontrasi dan kerusuhan.
Pada 17 Januari 1974, tepatnya pukul 08.00 WIB, hari terakhir PM Jepang di Ibu Kota. Saat itu ia berangkat dari Istana menuju bandara tidak menggunakan mobil, melainkan diantar oleh Presiden Soeharto dengan menaiki helikopter.
Akibat kerusuhan yang terjadi saat itu, membuat Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib, dan langsung mengambil alih jabatan tersebut. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin, Soetopo Juwono, digantikan Yogo Soegomo.
(Hantoro)