Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Narasi Pidato Prabowo Dinilai Hanya Daur Ulang

Fahreza Rizky , Jurnalis-Selasa, 15 Januari 2019 |19:47 WIB
Narasi Pidato Prabowo Dinilai Hanya Daur Ulang
(Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Pidato kebangsaan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dinilai hanya daur ulang dari yang disampaikan sebelumnya.

”Pidato Pak Prabowo semalam adalah penerjemahan dari apa yang disebut beberapa bulan lalu sebagai economis stupidity, ekonomi kebodohan. Bagi Prabowo, Pak Jokowi itu salah arah mengelola kebijakan ekonomi, efeknya banyak orang miskin, banyak orang nganggur, yang kaya dan yang miskin semakin lebar," ujar Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, Selasa (15/1/2019).

Menurut Adi, Prabowo tidak peduli dengan data BPS bahwa angka kemiskinan dan pengangguran turun. Sebab narasi yang dibangun adalah Jokowi selama 4 tahun ini gagal menjadi pemimpin republik ini.

“Ini hanya sebagai daur ulang gagasan-gagasan Prabowo tentang pemerintah Jokowi yang dianggap gagal,” ujarnya.

Dari pidato Prabowo tadi malam, Adi juga menyoroti monopoli Prabowo dalam menyampaikan visi dan visi. Padahal, publik terutama undecided dan swing voter menunggu Sandiaga yang dinilai sebagai pembeda.

“Pak Prabowo semalam terlampau dominan dan monolog, bahwa panggung Pilpres sebagai penantang itu seakan-akan ingin diklaim hanya milik Prabowo. Kalau begini kondisinya, Sandi ini seakan-akan hanya sebagai pelengkap,” katanya lagi.

(Baca Juga: Pidato Prabowo Dianggap Menihilkan Prestasi Jokowi dan Penuh 'Retorika Teleprompter')

Direktur Parameter Politik Indonesia ini mengakui Prabowo pandai memberikan narasi-narasi besar dengan jargon-jargon besar yang di pilih. Seperti Indonesia harus mandiri, baik secara ekonomi, politik, energi. Tetapi, ia melihat Prabowo tidak menjelaskan solusi yang ditawarkan.

“Pak Prabowo juga miskin memberikan contoh-contoh dari kasus yang dianggap tidak sukses. Misalnya ketika Prabowo bilang BUMN itu ambruk, itu BUMN yang mana. Menyebut Garuda, PLN dan Pertamina, apa betul PLN dan Pertamina itu ambruk," ujarnya.

Jangan-jangan, sambung Adi, mereka hanya rugi, tapi dalam rentan waktu kapan? Apakah hanya di masa Jokowi atau sejak SBY atau pemerintah sebelumnya.

"Artinya dia men-downgrade dan medelegitimasi semua pencapaian Jokowi tapi contoh-contohnya tidak pernah kongkret. Mestinya kalo disertai contoh dan bukti-bukti, tentu rakyat percaya ini bukan hanya retoris,” jelas Adi.

Adi mengatakan, pidato semalam semakin membuat cinta pendukung Prabowo, tapi semakin membuat benci pendukung Jokowi. "Dua kubu ini semakin keras cintanya ke Prabowo dan bencinya ke Jokowi,” kata dia.

“Yang paling penting. Undecided voter ini tidak bisa diprovokasi dengan istilah-istlah yang bombastis, tidak bisa didekati dengan narasi-narasi yang retoris dan tanpa bukti. Mereka ini akan melihat apa yang disampaikan itu terukur. Apa ukurannya adalah bukti," ujar Adi.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement