Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Apa Dampak Penutupan Pemerintahan terhadap Warga Indonesia di AS?

Agregasi VOA , Jurnalis-Kamis, 17 Januari 2019 |09:22 WIB
Apa Dampak Penutupan Pemerintahan terhadap Warga Indonesia di AS?
Foodtruck WNI di AS (VoA)
A
A
A

Bisnis Food Truck Indonesia Sepi Pengunjung

Dampak penutupan pemerintah ikut dirasakan olen Andre Masfar, pemilik food truck makanan khas Indonesia, Java Cove, yang beroperasi di wilayah Washington, D.C sejak tahun 2015 lalu.

Memang di tengah musim dingin di Amerika seperti sekarang ini pendapatan Java Cove tidak sebanyak di musim panas, dimana banyak orang yang lebih memilih keluar untuk makan siang, ditambah juga dengan kehadiran para turis yang datang dari berbagai negara.

Namun, ditambah dengan adanya penutupan pemerintah, penjualannya kini jauh lebih berkurang.

“Paling banyak 40 served. Tadi cuman 32,” ujar Andre Masfar.

“Kalau summer bisa 80an atau kalau bagus banget, bisa tembus 100,” tambahnya.

Di Washington, D.C. biasanya pemilik food truck harus mengikuti undian rotasi untuk mendapatkan tempat-tempat yang strategis. Tetapi, di masa penutupan pemerintah seperti sekarang ini, sulit untuk mendapatkan keuntungan jika kebagian tempat di daerah gedung kantor pemerintahan.

“Semakin sepi saja. Minggu lalu orang masih banyak shopping. Mungkin karena habis Christmas ya, banyak yang (mengembalikan) barang atau turis yang lapar karena museum atau tempat-tempat di (Washington, D.C.) pada tutup,” cerita Andre yang menjual paket makanan seperti nasi, rendang, atau sate seharga 11 dollar AS atau sekitar 155 ribu rupiah per porsinya.

Bulan Januari ini Andre memilih untuk tidak mengikuti undian, sehingga bisa memilih tempat yang lebih strategis. Biasanya lokasi yang diundi adalah tempat-tempat dekat kantor pemerintahan.

Sebagai contoh, jika mendapat undian untuk berjualan di daerah yang banyak terdapat kantor pemerintahan, seperti di dekat departemen luar negeri negeri AS, L’enfant Plaza, di Washington, D.C., biasanya akan sepi pengunjung.

“(Penjualan di) L’enfant turun 95 persen,” kata Sonny Setiantoko, pemilik dua food truck bernama Sambal dan Sate Truck yang juga beroperasi di wilayah Washington, D.C., kepada VOA.

Sambal dan Sate Truck ini juga menjual makanan Indonesia seperti mie ayam, sate, dan tempe. Sonny mengaku penjualan selama tutupnya pemerintah Amerika ini turun 30 hingga 40 persen.

“Sepi saja, enggak seperti biasa. Enggak ada pegawai (yang membeli),” ujar Yunus yang juga bekerja untuk Sambal dan Sate Truck kepada VOA.

Untuk menghemat biaya operasional di kala sepi pelanggan, para pengusaha food truck ini banyak yang akhirnya bekerja sendirian tanpa bantuan karyawan lain. Jika harus mempekerjakan karyawan, Andre biasanya harus membayar 90 dollar AS atau sekitar 1,2 juta rupiah untuk membantunya selama minimal enam jam.

Harapan Andre? Semoga penutupan pemerintahan di Amerika ini segera berakhir.

“Minggu depan enggak tahu deh, semakin sepi mungkin. Mudah-mudahan shutdown cepat selesai, deh.”

(Fakhri Rezy)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement