Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cerita Gerombolan Harimau Menyerbu Perkampungan di Bengkulu

Demon Fajri , Jurnalis-Selasa, 22 Januari 2019 |10:50 WIB
Cerita Gerombolan Harimau Menyerbu Perkampungan di Bengkulu
Penampakan Bukit Kabu, Semidang, Bengkulu (foto: Demon Fajri/Okezone)
A
A
A

Di teror Harimau, Warga Kosongkan Perkampungan

Teror harimau di sembilan dusun di daerah itu membuat masyarakat menjadi ketakutan. Konon, sejak serangan gerombolan harimau, masyarakat di wilayah itu hanya beraktivitas hingga pukul 17.01 WIB. Kemudian, semua warga berada di dalam rumah hingga pagi. Kemudian, pada pagi hari masyarakat mulai keluar rumah pukul 08.01 WIB.

Tidak kurang dari empat bulan masyarakat di daerah itu bertahan. Korban keganasan harimau terus berjatuhan. Untuk menghindari korban terus bertambah, warga mulai mengosongkan daerah tanah kelahiran mereka secara berangsur. Mereka mengungsi ke Kota Bengkulu, Kabupaten Kepahiang, Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Tengah.

Siti Hadijah (84) keturunan ketiga dari masyarakat Desa Semidang, Kecamatan Semidang Lagan, Bengkulu (foto: Demon Fajri/Okezone)	 

Mereka yang mengungsi meninggalkan semua harta benda yang selama ini sudah dimiliki. Mulai dari hewan ternak, perkebunan, lahan pertanian serta rumah. Namun, sebagian warga membawa harta kekayaan mereka dengan menggunakan pikul kerbau.

''Kami bertahan selama empat bulan. Warga sudah banyak di makan harimau. Semua harta benda ditinggalkan semuanya. Ada juga yang membawa harta benda yang di pikul kerbau. Wak (Alm. Mas Diah) kami juga ikut mengungsi,'' cerita Siti Hadijah.

Pengosongan perkampungan itu juga dialami ibu dari lima anak ini. Saat itu dia sudah berusia 8 tahun. Ketika teror harimau terjadi dirinya pergi mengungsi bersama anggota keluarga-nya di desa Durian Demang Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah.

Mereka mengungsi lantaran takut teror harimau yang kian hari kian menggganas dan mencari mangsa. Usai mengungsi dari tanah kelahiran, mereka kembali beraktvitas seperti biasanya. Dengan membuka lahan perkebunan, pertanian, serta memelihara hewan ternak.

''Saat meningggalkan desa, harta benda ditinggalkan semua. Pikiran waktu itu yang penting nyawa selamat. Desa saat itu dikosongkan masyarakat secara keseluruhan, jadi tidak ada lagi masyarakat yang tinggal di daerah itu,'' ulas perempuan kelahiran 84 tahun silam ini.

''Wak (alm. Mas Diah) meninggal, bukan di makan harimau. Tapi, Wak (alm. Mas Diah) meninggal karena di bunuh penjajah Belanda,'' sambung Siti Hadijah.

Desa yang Diserang Gerombolan Harimau Lenyap Selama 35 Tahun

Selama berada di daerah yang menjadi lokasi pengungsian. Masyarakat sudah mulai tenang tanpa adanya teror dari harimau, yang selama ini menghantui mereka. Di mana masyarakat yang mengungsi sudah memiliki mata pencaharian. Selain itu, mereka sudah memiliki lahan perkebunan, pertanian.

Berselang 35 tahun kemudian atau tahun 1980-an, dusun yang selama ini 'lenyap' ditinggalkan masyarakat kembali ke tanah kelahiran mereka. Mereka kembali guna mengulang harta benda mereka kala itu yang ditinggalkan. Mulai dari lahan pertanian, perkebunan serta rumah yang sudah di bangun.

Kembalinya, masyarakat ke tanah kelahiran mereka lantaran adanya warga dari Kabupaten Bengkulu Selatan, yang masuk ke daerah mereka. Sehingga mereka memilih untuk kembali. Tak terkecuali anggota keluarga, Siti Hadijah. Kala itu dia sudah memiliki buah hati lima orang.

''Kami kembali ke desa ini saat anak bungsu saya (Evi Susanti) berusia tiga tahun. Desa ini ditinggalkan penduduk selama 35 tahun,'' ingat ibu dari Evi Susanti.

Bukit Kabu, Semidang, Bengkulu Dari Kejauhan (foto: Demon Fajri/Okezone)	Bukit Kabu, Semidang, Bengkulu Dari Kejauhan (foto: Demon Fajri/Okezone) 

Kembalinya masyarakat ke tanah kelahiran untuk menggarap lahan perkebunan, pertanian yang selama ini sudah ditinggalkan. Teror harimau yang selama ini menghantui mereka sudah mulai hilang. Meskipun demikian, teror tersebut masih diingat oleh anak cucu warga desa.

Sejak teror harimau, masyarakat di wilayah ini memiliki pantangan yang tidak boleh di langgar oleh seluruh lapisan masyarakat. Baik masyarakat asli maupun masyarakat pendatang. Pantangan itu mulai dari tidak boleh keluar saat hujan panas, mengenakan kain hitam, baju hitam dan penutup kepala hitam, menjemur pakaian di depan rumah saat malam hari, junjung parang di atas kepala.

Konon, pantangan tersebut merupakan akan memancing kedatangan harimau. Bahkan, masyarakat setempat percaya ketika pantangan itu di langgar maka masyarakat akan di mangsa harimau. Pantangan tersebut dipercaya masyarakat setempat ketika masyarakat di daerah ini di teror gerombolan harimau.

''Di sini (Kecamatan Semidang Lagan) ada pantangan yang tidak boleh di langgar. Itu dipercaya oleh masyarakat sini,'' tegas Hadijah.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement