Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Krisis Venezuela: Orang-Orang Ini Siap Mati untuk Presiden Maduro

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 07 Februari 2019 |08:46 WIB
Krisis Venezuela: Orang-Orang Ini Siap Mati untuk Presiden Maduro
Sombra, salah satu pendukung Presiden Maduro yang siap untuk revolusi (Foto: Kevin Jordan/BBC)
A
A
A

DI BANGUNAN kotor di Caracas, Hugo Chávez seolah masih hidup. Patung mendiang presiden Venezuela tersebut, dengan mengenakan seragam militer, berdiri di sudut ruang utama, seperti menyambut semua pengunjung.

Terpasang di dinding lusuh, foto dirinya terlihat tersenyum, dicetak pada bendera nasional kuning, biru dan merah, di atas meja di mana Subero dan rekan-rekannya mengadakan pertemuan selama berjam-jam.

Ikatan puluhan tahun Subero dengan Chávez melampaui ideologi.

Sersan purnawirawan berusia 47 tahun tersebut telribat dalam aksi pimpinan Chávez pada tanggal 4 Februari 1992 untuk menggulingkan Presiden Carlos Andrés Pérez. Usaha tersebut gagal dan Subero, Chávez, dan orang-orang lainnya dipenjara selama bertahun-tahun.

Tetapi kesetiaan Subero terhadap pemimpinnya tidak pernah goyah.

Dia sekarang memimpin salah satu kelompok bernama colectivos, yang memandang diri mereka sebagai pembela revolusi Bolivar Chávez dan bersumpah untuk membela penggantinya, Presiden Nicolás Maduro, yang sedang menghadapi tantangan terbesarnya.

Pemimpin ini sedang berjuang menolak terus meningkatnya tekanan untuk mundur dan melakukan pemilihan umum dini, sementara Juan Guaidó, pimpinan National Assembly yang dikuasai pihak oposisi, mendapatkan pengakuan dunia setelah menyatakan diri sebagai presiden sementara.

Tetapi Subero dan banyak orang lain di colectivo-nya, yang secara tidak sengaja bernama 4 de Febrero, siap membela Maduro yang sudah berkuasa sejak tahun 2013.

"Saya siap berperang sampai saya meninggal," kata Subero.

'Campur tangan asing'

Colectivos muncul saat Chávez berkuasa dan, dengan dukungan pemerintah, menyebar di masyarakat sebagai organisasi sosial yang mendukung penerapan program bantuan resmi. Mereka mengatakan memiliki ribuan anggota di negara itu.

Tetapi sebagian dari mereka telah dituduh kelompok oposisi dan hak asasi manusia bertindak sebagai kelompok paramiliter, sering kali menggunakan kekerasan untuk menguasai daerah tertentu dan menyerang para pengecam pemerintah, pengunjuk rasa dan wartawan.

Subero (Foto: Kevin/BBC)

(Baca Juga: Gedung Putih Mulai Habis Kesabaran Hadapi Presiden Venezuela)

(Baca Juga: Otoritas Venezuela Sita Puluhan "Senjata Kiriman AS")

Sementara, terjadi peningkatan ketidakpuasan terhadap Maduro, dipicu oleh keanjlokan ekonomi dan meluasnya kelangkaan pangan dan obat-obatan, sebagian pihak khawatir keadaan akan semakin diwarnai kekerasan karena colectivos yang bersenjata, bekerja sama dengan kekuatan keamanan pendukung setia presiden, berperan penting di jalan-jalan.

Setidaknya, 40 orang meninggal dunia di negara itu dalam satu minggu saja bulan lalu, menurut PBB. Kelompok pendukung pemerintah dianggap paling bertanggung jawab atas korban tewas.

Bagi Subero, ayah tiga anak yang tidak ingin memberikan nama aslinya, masalah "dipicu oleh kekuatan asing", tuduhan yang sering kali dilontarkan Maduro dan pendukungnya, dan invasi sedang direncanakan. Ini adalah ketakutan yang selalu dihidupkan pemerintah meskipun invasi tidak pernah terjadi.

"Saya siap dan bersedia perang," katanya, dikelilingi patung dan plakat keagamaan dengan wajah pahlawan setempat lainnya, termasuk pemimpin kemerdekaan abad ke-19 Simón Bolívar, yang Chávez nyatakan sebagai inspirasi "revolusioner"nya.

Di ruangan remang-remang di sebelah, televisi kuno, seperti biasa, memperlihatkan saluran pemerintah Venezuela, yang sebagian besar siarannya mengenai berita terakhir tentang Maduro dan pemerintahannya.

Ketika Jorge Navas menonton, terlihat Diosdado Cabello, pendukung penting Chavez, memperingatkan ribuan pendukung tentang kemungkinan aksi internasional di negaranya.

"Kami milisi dan ketika saatnya tiba, kami akan angkat senjata," kata Navas, meskipun sebagian besar anggota colectivo biasanya menyangkal terlibat dalam kekerasan bersenjata.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement