Sapli punya sawah yang tiap kali panen dia mendapat tak kurang dari 20 sak gabah. Namun, kali ini banjir memupuskan harapannya mendapatkan gabah sebanyak itu. “Sudah pasti rugi jutaan rupiah," ucapnya.
Akibat permukimannya banjir, warga Lubuk Napal kini juga membutuhkan bantuan berupa makanan, air bersih dan sembako. Mereka kesulitan memperoleh itu karena banjir masih menggenangi permukiman.
Air bersih kini sulit didapati warga karena sumur dan sumber air lainnya jadi keruh akibat banjir.
"Kami sangat butuh air bersih dan sembako agar kami bisa bertahan di sini" ujar Sapli.
Selama banjir, warga lebih banyak mengonsumsi air kemasan yang dibeli dari warung-warung sekitar permukiman yang masih buka.
"Kita terpaksa menggunakan air kemasan yang dijual Rp5.000 per galonya, sebab tidak ada pilihan untuk kami minum dan sekedar memasak," katanya.