Sebagian orang-orang tersebut, ujar Ipong, mengatakan kepada tetangganya bahwa mereka hendak "mondok" di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahil Mubtadin di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, untuk mengikuti guru mereka, Khotimun, yang berada di sana.
Beberapa warga lainnya, katanya, pergi tanpa pamit saat subuh, dengan menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi.
Baca juga: Polisi Selidiki Isu "Kiamat Sudah Dekat" yang Resahkan Warga Ponorogo
Sebelum pergi, empat keluarga menjual harta benda mereka seperti rumah dan tanah. Ipong mengatakan satu keluarga menjual asetnya seharga Rp 110 juta, kata Bupati.
"Mereka ini menjadi masalah ketika ada yang menjual-jual harta dan konon katanya untuk menyelamatkan diri dari kiamat yang akan datang. Itu kan nggak masuk akal, masa ada kiamat lokal?" kata Ipong.
Ia menambahkan saat Pemerintah Kabupaten Ponorogo mencoba mencari orang-orang yang hijrah itu di Ponpes Malang, mereka tidak dapat ditemui atau dihubungi.