Ada warga lansia lainnya, Kemi (77), warga yang tinggal di rumah sebelah makam. Laki-laki yang ternyata sekarang merawat kubur itu pun tak tahu siapa orang Eropa/Belanda yang dimakamkan di tempat itu.
Dia memperkirakan Pambraman berasal dari nama Van Bram yang hidup pada zaman penjajahan Belanda yang tinggal di situ. Tidak jelas apakah dia seorang pedagang atau pejabat Belanda pada saat itu.
Tapi kemungkinan dia adalah tokoh berpengaruh di Boyolali sehingga kampung tempat tinggalnya disebut Van Bram-an (Vambraman=Pambraman). “Mungkin yang dimakamkan di sini namanya Tuan Van Bram,” ujar laki-laki kelahiran Selo yang pindah ke Boyolali sejak 1959 ini.
Uniknya, meski diperkirakan sudah ada puluhan hingga ratusan tahun, makam Pambraman masih diziarahi keturunannya di Belanda. Biasanya mereka hanya menabur bunga kemudian pergi lagi.
“Sejak saya di sini, keturunannya dari Belanda masih datang [berkala] ke sini berziarah. Terakhir ke sini Desember 2018,” imbuhnya.