JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno mengungkapkan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden melupakan salah satu metode yang penting dalam melakuan rapat umum atau kampanye terbuka yang telah dilakukan sejak 24 Maret lalu.
Menurut Adi, kampanye terbuka tidak hanya dilakukan dengan cara melangsungkan karnaval, serta mengumpulkan masa hingga membuat panggung terbuka. Ia menyebutkan, kampanye dari pintu ke pintu atau door to door menjadi hal yang penting dilakukan.
(Baca Juga: KPU Pastikan Rekapitulasi Suara Pemilu 2019 Dilakukan di Kantornya)
Lebih lanjut, kata Adi, kampanye door to door dapat dilakukan untuk menggaet swing voter yang sampai saat ini diprediksi masih dalam jumlah cukup banyak, yakni 11 hingga 17 persen.
“Tentu kampanye terbuka ini merupakan salah satu instrumen yang bisa dikapitalisasi oleh masing-masing kandidat untuk menambah elektoral, terutama untuk menyasar swing voter yang angknya di angka 11 persen hingga 17 persen,” ujar Adi dalam forum diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2019).
“Tapi ingat, metode yang digunakan itu adalah metode yang door to door campaign. Karena seringkali banyak dari paslon ini yang salah kaprah memaknai kampanye terbuka ini hanya arak-arakan massa, mobilisasi masa di jalanan, atau berkumpul di satu titik kumpul tertentu dengan jumlah ribuan orang,” imbuhnya.
(Baca Juga: Makna di Balik Baju Putih Jokowi-Ma'ruf Amin)
Adi menilai, karnaval, melakukan konvoi bersama masyarakat dan mengumpulkan massa dalam jumlah yang banyak tidak memiliki pengaruh untuk menaikkan elektabilitas dari masing-masing paslon, terutama dalam meraup swing voter.
“Ini enggak efektif, karena dalam praktik, orang yang mau arak-arakan, konvoi masa, mendatangi satu titik kumpul, ini adalah loyal voter, masa fanatik yang memang iman politiknya kuat. Sementara swing voter yang berdiam diri di rumah menunggu didatangi kandidat, tim sukses untuk dijelaskan soal visi misi, soal program kerja,” tuturnya.
(Arief Setyadi )