SERANGKAIAN pengeboman yang menyebabkan 290 orang meninggal dunia dan 500 lainnya luka-luka di Sri Lanka pada Minggu 21 April 2019 diduga dilakukan atas bantuan jaringan internasional. Hal ini sebagaimana dikatakan para pejabat setempat.
Pemerintah menuding kelompok garis keras setempat yang tidak terkenal, National Thowheed Jamath, meskipun sejauh ini tak satu pihak pun mengaku bertanggung jawab atas pengeboman di sejumlah gereja dan hotel tersebut.
Menteri Kesehatan yang merangkap sebagai juru bicara kabinet, Rajitha Senaratne, mengatakan pihak berwenang Sri Lanka telah diberi informasi tentang ancaman dari National Thowheed Jamath dua minggu sebelum serangan.
Namun, lanjutnya, peringatan itu tidak diteruskan kepada Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe ataupun kabinet. Wickremesinghe mengakui pihak keamanan "mendapat informasi" tetapi tidak menindaklanjuti informasi tersebut.