Ulama Diminta Dinginkan Suhu Politik Pasca Pilpres 2019 Jelang Ramadan
JAKARTA - Dalam waktu dekat umat Islam di seluruh dunia akan memasuki bulan Ramadan. Khusus di Indonesia, agar masyarakat dapat tenang menjalankan ibadah di bulan suci, maka dibutuhkan peran dari para ulama dalam mendinginkan situasi yang sempat panas usai perhelatan Pilpres 2019 lalu.
Ulama dari Ponpes Sukorejo Asembagus Situbondo, KH Afifuddin Muhajir mengatakan, tokoh agama harus fokus membimbing umat dan melupakan segala urusan yang bersifat duniawi.
"Ulama dengan keahliannya harus mendinginkan suasana, memberikan maslahat untuk umat bukan mudharat," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (2/5/2019).
Afifudin turut mengomentari kegiatan Ijtima Ulama III yang digelar pada Rabu, 1 Mei 2019. Ia menyangsikan kehadiran para ulama yang hadir di sana, apakah tulus membela kepentingan agama atau hanya terjebak di dalam politik praktis.
Sebagaimana diketahui, Ijtima Ulama III mengeluarkan lima rekomendasi untuk menyikapi dugaan kecurangan Pemilu 2019. Salah satu rekomendasi mereka ialah mendesak Bawaslu dan KPU untuk memutuskan membatalkan, atau mendiskualifikasi paslon capres-cawapres 01.
"Saya meragukan apa betul mereka ulama? Ulama harus memiliki keluasan ilmu dan ketakwaan yang luar biasa," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Majelis Azzainiyya, Sukabumi, Jawa Barat, Jauhariatul Fardhiyya menyatakan, seharusnya ulama lebih banyak melakukan pembinaan spiritual daripada ikut hiruk-pikuk Pilpres 2019.
“Ulama adalah mereka yang berilmu, bekerja membimbing umat ke arah yang benar, terlebih ini menjelang bulan Ramadan,” kata dia.
(Angkasa Yudhistira)
