"Kalau di sini saya ikut mengelola TPQ Al-Falah sejak tahun 2007. Belajarnya ikut gabung di ruangan musala, jadi pakai sekat-sekat agar tak mengganggu yang mau salat. Sekarang ustadzahnya (guru perempuan) total ada 5, dan muridnya sekira 55 orang," ucap Rita Diana, Sekretaris FG-TPQ Kecamatan Pamulang, ditemui di kediamannya, Jalan Pinus 1, Reni Jaya, Pamulang Barat, Pamulang, Tangsel, Jumat (3/5/2019).
Diungkapkannya, selama mengajar ngaji sejak tahun 2007 silam belum ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat. Meski diketahui, ada alokasi anggaran khusus untuk tunjangan insentif para guru ngaji. Sekali-kalinya, kata dia, pada tahun 2011 lalu pernah ada pemberian insentif dari Kementerian Agama sebesar Rp1,8 juta untuk 6 bulan.
"Bantuan insentif dari Kemenag, sekali itu saja dirapel untuk 6 bulan. Kedepan harapan kita sebenarnya ada perhatian dari Pemkot terhadap para guru ngaji ini," jelasnya.
Dilanjutkan Rita, tak diterimanya dana insentif dari Pemkot Tangsel tak memutuskan semangat para guru ngaji untuk terus mengajar. Namun sering kali, dia dan banyak guru lainnya mengaku kesulitan saat harus membayar keperluan kegiatan operasional bagi para santrinya.
"Kita ikut bayar tagihan listrik, membeli alat tulis, buku-buku mengaji. Karena kan nggak tega juga kalau melimpahkan itu kepada orang tua santri, karena di sini banyak juga santri dari keluarga tak mampu. Maka nya infaq lebih sering kita gunakan untuk menutupi kebutuhan belajar mengaji itu," tuturnya.