Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengapa 4 Tokoh Ini Jadi Target Pembunuhan?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 29 Mei 2019 |03:38 WIB
Mengapa 4 Tokoh Ini Jadi Target Pembunuhan?
Aksi 22 Mei di depan Gedung Bawaslu (foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Pengamat pertahanan dan intelijen menyebut empat tokoh yakni Budi Gunawan, Wiranto, Luhut Pandjaitan dan Gories Mere menjadi sasaran pembunuhan dalam kerusuhan 22 Mei lalu karena jabatan strategis dan selangkah lagi "menyentuh Jokowi".

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan empat pejabat yang menjadi target pembunuhan saat kerusuhan 22 Mei 2019 adalah Menko Polhukam Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Seorang pimpinan lembaga survei juga menjadi sasaran, kata Tito, meski ia enggan menyebutkan identitasnya.

"Dasar kami sementara ini hanya BAP (Berita Acara Pemeriksaan) ya. Berita acara itu resmi. Pro justitia, hasil pemeriksaan kepada tersangka yang sudah kita tangkap. Jadi bukan berdasar informasi intelijen, beda," kata Tito dalam konferensi pers di kantor Menko Polhukam (28/05).

"Yang jelas, kami selalu sejak awal, begitu ada informasi, selalu memberikan pengamanan dan pengawalan kepada yang bersangkutan," katanya.

Kapolri Tito (Foto: Antara)

Sebelumnya, pihak kepolisian mengungkapkan mereka telah menangkap enam orang yang diduga terlibat dalam rencana itu. Polisi juga menyita empat senjata dari kelompok itu.

Meski begitu, hingga kini, siapa dalang di balik gerakan tersebut belum diungkapkan polisi.

Tito mengatakan pihak kepolisian masih mencari pihak yang menggerakan massa untuk melakukan kerusuhan.

Selangkah menyentuh Jokowi

Peneliti pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhamad Haripin mengatakan Presiden Joko Widodo tidak menjadi sasaran utama karena sulit bagi kelompok itu untuk menembus pengamanan Paspampres yang ketat.

Sementara, kata Haripin, empat orang pejabat itu menjadi sasaran karena posisi mereka yang strategis dan penting di pemerintahan.

Posisi Budi Gunawan (BG), misalnya, kata Haripin sangat vital bagi suatu negara.

"Ada teori yang bilang intelijen itu garis pertama dari pertahanan. Jadi kalau ngejebol suatu negara dengan perang atau invasi, yang pertama dijebol dulu ya intelijen. Misalkan Pak BG 'kejadian', berarti rezim Jokowi (tinggal) beberapa langkah lagi menuju situasi kekacauan," kata Haripin.

Posisi Gories sebagai staf ahli presiden, kata Haripin, juga sama krusialnya.

Jika Gories menjadi korban, kata Haripin, itu akan mengirim sinyal yang sangat kuat pada pemerintahan Jokowi bahwa para lawan hanya tinggal selangkah lagi untuk 'menyentuh' Jokowi.

Menko Polhukam Wiranto

Friksi di tubuh purnawirawan TNI?

Haripin juga menyoroti kemungkinan adanya friksi pada tubuh TNI yang melatarbekalangi kasus ini, mengingat Luhut dan Wiranto adalah purnawirawan TNI.

Sebelumnya, Eks Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko dituding terlibat dalam penyelundupan senjata api ilegal dari Aceh, yang diduga akan digunakan untuk demo tanggal 22 Mei.

Haripin menduga ada faktor persaingan antara Luhut dan Soenarko yang sama-sama berlatar belakang sebagai Danjen Kopassus.

Sementara, Haripin, juga menyorot pertikaian-pertikaian yang terjadi antara Wiranto dan Kivlan Zen, purnawirawan pendukung Prabowo, yang kini ditetapkan sebagai tersangka makar.

Baik kubu Jokowi dan Prabowo sama-sama didukung sejumlah purnawirawan.

Selain Luhut dan Wiranto, Jokowi didukung purnawirawan lain, seperti Moeldoko.

Sementara, kubu Prabowo didukung Jenderal (Purn) Djoko Santoso hingga Laksamana TNI (purn) Tedjo Edhy Purdijatno.

Ia menyebut keberadaan purnawirawan di kedua kubu masih sangat berpengaruh.

Meski bukan lagi prajurit, Haripin mengatakan masih banyak purnawirawan yang menduduki posisi strategis baik di pemerintahan atau perusahaan.

Latar belakang mereka sebagai prajurit di orde baru, tambah Haripin, membuat para purnawan itu tetap ingin berperan dalam pemerintahan.

"Di satu sisi ada kepentingan politik, di sisi lain, kalau kita mau agak positif, mereka mempunyai romantisme ideologi masa lalu, terkait dwifungsi ABRI" kata Haripin.

Sementara, pengamat intelijen Stanislaus Riyanta mengatakan dia tidak melihat kasus ini terkait dengan pertentangan antar satuan.

"Saya lihat ini kelompok sakit hati, yang tidak suka Jokowi, dan menyasar orang-orang dekatnya Pak Jokowi," katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement