Organisiasi hak asasi manusia (Human Rights Watch) yang bermarkas di New York mengatakan kematian anak itu harus menjadi memotivasi masyarakat internasional untuk melakukan sesuatu demi mencegah lebih banyak korban.
Bulan lalu, 11 pakar hak asasi manusia asal AS menyerukan penyelidikan internasional terhadap perang narkoba Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa.
Para pengkritik Duterte mengatakan kampanye perang narkobanya yang telah berjalan selama 3 tahun gagal.
Aktivis mengatakan jumlah yang terbunuh dalam insiden terkait narkoba lebih dari 20.000 orang.