Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Diterpa Skandal Kebocoran Surel, Dubes Inggris untuk AS Mengundurkan Diri

Rahman Asmardika , Jurnalis-Rabu, 10 Juli 2019 |20:44 WIB
Diterpa Skandal Kebocoran Surel, Dubes Inggris untuk AS Mengundurkan Diri
Sir Kim Darroch. (Foto: AP News)
A
A
A

WASHINGTON – Duta Besar Inggris untuk Amerika Serikat (AS), Sir Kim Darroch mengundurkan diri dari jabatannya di tengah berkembangnya masalah kebocoran surel terkait kritiknya terhadap pemerintahan Presiden Donald Trump yang mempengaruhi hubungan London dan Washington.

Trump menyebut Sir Darroch sebagai "orang yang sangat bodoh" setelah kemunculan surel yang mengungkap bahwa sang duta besar menyebut pemerintahannya "ceroboh dan tidak kompeten".

Sir Darroch mengatakan bahwa dirinya ingin mengakhiri spekulasi mengenai perannya sebagai duta besar dan kebocoran surel itu membuatnya mustahil untuk tetap bertugas.

BACA JUGA: Dubes Inggris Sebut Pemerintahan Donald Trump Ceroboh dan Tidak Kompeten

"Meskipun posting saya tidak akan berakhir sampai akhir tahun ini, saya percaya dalam keadaan saat ini, tindakan yang bertanggung jawab adalah untuk memungkinkan pengangkatan seorang duta besar baru," kata Sir Darroch dalam suratnya kepada Kementerian Luar Negeri yang dilansir BBC, Rabu (10/7/2019).

Dalam surel yang dibocorkan ke The Mail pada Minggu, Sir Kim berkata: "Kami tidak benar-benar percaya administrasi ini akan menjadi lebih normal; kurang disfungsional; kurang tidak terduga; kurang terbelah; kurang ceroboh secara diplomatis dan tidak kompeten."

BACA JUGA: Donald Trump Sebut Dubes Inggris untuk AS "Orang yang Sangat Bodoh"

Surel-surel, yang berasal dari 2017 itu, mengatakan desas-desus tentang "pertikaian dan kekacauan" di Gedung Putih sebagian besar benar.

Pemerintah Inggris telah membuka penyelidikan internal tentang penerbitan memo tersebut.

Sir Darroch pernah menjabat sebagai penasihat keamanan nasional untuk perdana menteri Inggris dari 2012 sampai 2015. Dia menjadi duta besar untuk AS pada Januari 2016, setahun sebelum pelantikan Presiden Donald Trump.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement