Kinerja GFMC diakui oleh Badan PBB yang menangani Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana (UNISDR) dan Kantor PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana (UNDRR).
Dengan dukungan dari GMFC, pada tahun 2017 Institut Pertanian Bogor (IPB) membentuk Pusat Data Pengendalian Kebakaran Hutan Regional Asia Tenggara (RFMRC-SEA) untuk memberikan informasi dan data berdasarkan penelitian yang akurat dalam rangka pengendalian kebakaran hutan di kawasan Asia Tenggara.
Menteri LHK dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Ruandha Agung Sugardiman, menjelaskan bahwa pasca karhutla 2015 telah dikeluarkan berbagai kebijakan dan dilakukan langkah koreksi besar-besaran dalam pengendalian karhutla.
Jika sebelumnya pengendalian karhutla lebih difokuskan pada aspek pemadaman, maka kini antisipasi dilakukan pada tahap pencegahan. Pada fase penanggulangan karhutla kini tak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan dilakukan secara terpadu dengan melibatkan seluruh stakeholders, mulai dari unsur Manggala Agni, BNPB, BPBD, Polisi, TNI, MPA, Swasta, dan lainnya.
Langkah ini terbukti mampu mengatasi karhutla pada tahun 2016, 2017, dan 2018, ditunjukkan dengan penurunan hotspot secara nasional. Sedangkan untuk tahun 2019 ini, pemerintah dihadapkan pada kondisi cuaca dan massifnya kembali pembakaran lahan secara sengaja. Untuk itu masih terus dilakukan langkah-langkah sistematis dan terpadu, agar hotspot dan dampak asap tidak terus meluas.