NEW YORK - Amerika Serikat menuding bahwa pasukan Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al Assad telah menggunakan senjata kimia dalam sebuah serangan.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan rezim Assad menggunakan klorin pada 19 Mei saat melakukan serangan kepada pemberontak di provinsi Latakia.
"Amerika Serikat tidak akan membiarkan serangan-serangan ini dan kita tidak akan mentolerir mereka yang memilih untuk menyembunyikan kekejaman ini," kata Pompeo mengutip AFP, Jumat (27/9/2019).
"Amerika Serikat akan terus menekan rezim Assad yang berbahaya untuk mengakhiri kekerasan yang ditujukan pada warga sipil Suriah dan berpartisipasi dalam proses politik yang dipimpin PBB," lanjutnya.
Baca juga: Serangan Udara Pasukan Pemerintah Hantam Rumah Sakit di Suriah
Baca juga: Wajah Bocah 4 Tahun Dampak Perang Suriah
Pompeo kemudian terlibat dalam pertemuan bersama Perancis, Jerman, Arab Saudi, Yordania dan Mesir, yang mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, "Penggunaan senjata kimia apa pun di Suriah tidak akan ditoleransi."
Empat orang terluka dalam serangan itu tapi tidak ada korban jiwa.
Jim Jeffrey, perwakilan khusus AS untuk Suriah mengatakan serangan kimia pertama pada tahun ini menimbulkan kekhawatiran penggunaan lebih lanjut.
"Kami khawatir rejim itu, yang memiliki pasukan infanteri yang sangat lemah, akan mencoba menggunakan senjata kimia sekali lagi untuk menebus ketidakmampuannya merebut tanah dengan kekuatan tempur," kata Jeffrey.
Tidak ada verifikasi independen soal tentang serangan itu, di mana pengamat hak asasi mengatakan bahwa lebih dari 1.000 orang telah terbunuh dan 400.000 orang terlantar sejak pemerintah memulai melakukan pengeboman pada bulan April.
Amerika Serikat dan Prancis sebelumnya sama-sama curiga rezim Assad menggunakan senjata kimia, tetapi menunda untuk membuat keputusan resmi, dengan mengatakan butuh lebih banyak penyelidikan.
(Rachmat Fahzry)