"Saya mengapresiasi komitmen tersebut. Sayang jabarannya justru tak menggambarkan komitmen tersebut. Soal tambahan ratusan posisi baru misalnya, menurut saya pengelolaan dan pengembangan organisasi TNI mestinya didasarkan pada dinamika potensi ancaman, bukan mengikuti pertumbuhan personel. Ini yang tampak kan justru sebaliknya," ujar Khairul.
Menurutnya, reorganisasi yang ditandai dengan perampingan besar-besaran di tubuh TNI, pernah dilakukan di masa Panglima (saat itu ABRI) LB Moerdani. Alasannya, untuk mencapai efektivitas dengan organisasi yang ramping dan efisien.
"Setelah itu hingga masa reformasi, memang ada pembukaan pos-pos baru dan pengaktifan kembali satuan-satuan lama yang sempat dinonaktifkan. Tapi semuanya didasarkan pada kebutuhan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman," tutup Khairul.
(Awaludin)