Direktur Utama PJT II Jatiluhur, U Saefudin Noer menuturkan, sebenarnya dulu juga banyak terdapat penginapan dengan konsep bungalaw dan resort. Hanya saja, di 2016 lalu terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan hampir seluruh bangunan penginapan di lokasi itu. Saat ini, lokasi tersebut kita bangun kembali (rebuild).
“Namun, konsep saat ini jadi perhotelan,” ujar Saefudin kepada Okezone.
Hotel Pasanggarahan, begitulah fasilitas penginapan ini dinamai. Menurutnya, hotel ini memiliki keterikatan dengan sejarah pembangunan Waduk Ir Djuanda. Apalagi, lokasi ini dulunya merupakan penginapan para insinyur dari Prancis selama pembangunan bendungan pada 1957-1967.
Setelahnya, bangunan yang didirikan pada 1955 itu dijadikan hotel. Namun, nama hotel bersejarah itu kurang populer hingga akhirnya terjadi kebakaran hebat pada 28 Desember 2016 lalu.
Setelah hampir tiga tahun berlalu, kata dia, PJT II akhirnya menyelesaikan pembangunan Hotel Pesanggrahan tersebut. Hotel tersebut, kini mulai menerima tamu perusahaan maupun para wisatawan ke kawasan Waduk Jatiluhur.
Dia menjelaskan, walaupun dibangun ulang konstruksinya masih menggunakan bagian pondasi dan bawah bangunan yang ada seperti dulu. Jasa Tirta II juga mempertahankan gaya arsitektur klasik dari Eropa atau art deco.
Baca Juga: Musim Kemarau Datang, Jabar Waspada Kekeringan
“Bangunan yang baru ini juga mempertahankan bentuk lama di bagian galeri (yang berfungsi sebagai resepsionis hotel),” jelas dia.
Selebihnya, bangunan hotel tersebut dibangun dengan konsep yang baru. Gaya arsitektur tersebut dipadukan dengan unsur tradisional masyarakat setempat yang direpresentasikan dengan instalasi bambu sebagai pagar pembatas di lorong kamar hingga hiasan dekat jendela.
“Fasilitas hotel ini teritegrasi dengan wisata alam di kawasan ini. Bahkan, hotel ini bisa juga digunakan untuk acara-acara resmi, pelatihan-pelatihan dan diklat,” tambah dia.