Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Demonstran di Berbagai Penjuru Dunia Mengalami Cedera Mata, Aparat Sengaja?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Minggu, 24 November 2019 |11:17 WIB
Demonstran di Berbagai Penjuru Dunia Mengalami Cedera Mata, Aparat Sengaja?
Demonstran di Chile memprotes penggunaan peluru karet oleh petugas keamanan (Getty Images)
A
A
A

BEBERAPA bulan terakhir, demonstrasi terjadi di jalan-jalan di kota-kota besar di seluruh dunia, menimbulkan bentrokan kekerasan, cedera bahkan kematian.

Salah satu cedera yang banyak terjadi hingga sampai taraf mengkhawatirkan adalah cedera mata yang disebabkan oleh senjata pengendali kerumunan, seperti peluru karet.

Di Chile, angka ini mengkhawatirkan. Kelompok pembela hak asasi manusia dan ahli kesehatan memperkirakan jumlah demonstran yang cedera mata mencapai 220 orang dalam sebulan terakhir.

Laporan penyelidikan Amnesty International di kawasan itu memuat tuduhan bahwa pemerintah Chile sengaja ingin melukai demonstran dengan cara demikian.

Kesengajaan

"Niat dari petugas keamanan Chile cukup jelas: untuk melukai mereka yang ikut demonstrasi, agar membuat orang takut," kata Erika Guevara Rosas, direktur Amnesty International Amerika, dalam pernyataan, 21 November lalu.

"Pihak berwenang di bawah komando Presiden Sebastian Pinera menjalankan kebijakan penghukuman mereka lebih dari sebulan ini, menambah jumlah korban yang sangat banyak."

Enrique Morales Castillo, presiden departemen hak asasi manusia pada Chile's Medical College, mengatakan kepada BBC bahwa "tak ada negara lain yag melaporkan banyaknya kasus cedera mata seperti ini,"

"Jumlah ini melebihi segala rujukan yang kami punya," tambah Castillo.Peluru karet

Polisi menembakkan peluru karet ke demonstran (Getty Images)

Sebagai perbandingan, kajian tahun 2011 dalam konflik Israel/Palestine terjadi 154 kasus cedera mata dalam kurun waktu enam tahun (1987-93) akibat konflik antara demonstran dan petugas keamanan.

Kontroversi cedera mata ini membuat pemerintah Chile pada 20 November kemudian menghentikan penggunaan peluru karet untuk mengendalikan demonstrasi.

Meski begitu, menurut Rosas, menyatakan petugas keamanan masih diperbolehkan menembakkan amunisi tak mematikan sebagai "langkah terakhir untuk membela diri seandainya ada ancaman terhadap keselamatan jiwa mereka".

Tingkat cedera di Chile ini hanya bisa dibandingkan dengan situasi di Kashmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan Pakistan.

BBC pernah melaporkan pada tahun 2018 bahwa lebih dari 3.000 orang mengalami cedera mata akibat penggunaan amunisi tak mematikan terhadap demonstran di wilayah yang dikuasai India.

Di Hong Kong, cedera yang dialami oleh seorang demonstran perempuan yang ditembak matanya bulan lalu menjadi simbol perlawanan terhadap petugas keamanan.

Demonstran memakai penutup mata terlihat di jalan-jalan, dan ini ditiru juga di Chile.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement