Sementara itu sejarawan Malang Dwi Cahyono mengungkapkan pentingnya Stasiun Malang Kota Lama sebagai bagian dari sejarah perkeretapiaan di Indonesia.
“Menjadi salah satu stasiun untuk angkutan barang terutama tebu,” ungkap dosen Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Menurut Dwi, nama Malang Kota Lama pada stasiun ini lantaran letaknya yang berada di wilayah Malang Kota Lama. Namun meski bernama Stasiun Malang Kota Lama sebenarnya stasiun ini terletak di Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Dwi menambahkan stasiun terletak di Jalan Kolonel Sugiono menjadi salah satu bangunan cagar budaya melalui ketetapan Walikota Malang.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Stasiun Malang Kota Lama Hernawan yang menyebut bangunan peron dan ruang tunggu telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang wajib dilestarikan.

“Ya memang ini bangunan cagar budaya, yang ditetapkan bangunan budaya pada peron dan ruang tunggu stasiun.Karena bangunan cagar budaya kita bisa utak-atik bangunan intinya, hanya bisa menambahkan di sekitarnya bangunan peron dan ruang tunggu saja,” papar pria asal Kuningan, Jawa Barat ini.
Namun semenjak Stasiun Malang Kota Baru dibangun pada 1920-an, lambat laun Stasiun Malang Kota Lama mulai tergantikan. Sejumlah kereta api melakukan pemberhentian terakhir di Stasiun Malang Kota Baru.

Namun pemeliharaan bangunan stasiun masih cukup bagus dan terawat, meski statusnya yang ‘hanya’ menjadi stasiun kedua setelah Stasiun Malang Kota Baru.
“Kalau pemeliharaan kita rutin, demi meningkatkan pelayanan kepada penumpang juga,” tukas pria yang bertugas 13 bulan sebagai Kepala Stasiun Malang Kota Lama ini. (KHA)
(Edi Hidayat)