Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Catatan Jurnalis, Bertaruh Nyawa Meliput Bencana

Rus Akbar , Jurnalis-Senin, 10 Februari 2020 |09:22 WIB
Catatan Jurnalis, Bertaruh Nyawa Meliput Bencana
Zulia Handayani sudah makan asam garam saat meliput bencana (Foto: Okezone/Dok.Pribadi)
A
A
A

“Itu betul-betul menguji ketangguhan, kami juga membawa obat anti malaria, kemudian strategi lain yang kami lakukan adalah mendekatkan diri kepada dokter itu mengatasi kalau terjadi apa-apa, tapi kita juga siapkan pasokan vitamin,” tuturnya.

Ternyata sampai di Sikakap, lokasi tsunami itu tidak ada disitu harus lagi naik perahu kecil untuk menuju lokasi, Sikakap hanya sebagai basecamp dan tempat rumah sakit darurat. Jadi masyarakat yang mengalami luka-luka dari berbagai daerah baik itu di Pagai Utara dan Pagai Selatan itu diangkut ke Sikakap untuk di obati, kalau parah sakitnya akan dievakuasi dengan helikopter ke Padang, jika dengan kapal maka akan memakan satu hari ditambah kondisi pasien darurat.

“Sesampai kami di Sikakap air susah, untuk shalat saja tidak ada air, kalaupun ada air untuk mendapatkanya perlu perjuangan, ditambah lagi cuaca tak menentu baju yang kita jemur baru 10 menit sudah hujan, akhirnya baju susah diganti-ganti,” terangnya.

Di Sikakap saat itu sinyal telepon payah, lama liputan gempa dan tsunami Mentawai disana itu ada sekira satu minggu. Dua hari Lia bersama dua temannya itu sudah susah tidur karena saat itu tidak ada penginapan kalaupun ada itu sudah diisi oleh pejabat disana yang bekerja memberikan bantuan kepada korban dan relawan-relawan lain.

“Kantor sempat bilang janganlah liputan di sana, kami (kantor) tidak tanggung daerahnya masih berbahaya. Sinyal telepon yang susah saat itu, sementara wartawan radio juga harus live, saat itu saya mencari sinyal tepat dibawah pohon jengkol sinyalnya bagus, di situ berdiri memberikan laporan," jelasnya.

"Mentawai itu memang teruji, mulai dari makan kita, mandi, stok makanan. Memasuki hari kedua karena tidak ada tempat tidur pada saat itu kami jebollah ruang KUA karena sudah hari kami tidak ada tidur, kantor tersebut kosong tidak ada yang datang, kami tidur disitu ada air dibak itu bisalah kami mandi,” katanya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement