Ia berharap penandatanganan perjanjian perdamaian AS-Taliban menjadi sebuah awal langkah dari proses panjang.
“Karena perjanjian ini adalah antara Amerika dan Taliban, sementara yang akan menentukan masa depan Afghanistan adalah bangsa Afghanistan sendiri. Mereka adalah masyarakat atau wakil atau orang-orang Afghanistan itu sendiri," papar Retno.
Dalam proses ini, lanjut Retno, Indonesia lama melakukan koordinasi, kolaborasi, komunikasi kontak dengan berbagai pihak yang terlibat untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan.
“Tentunya kita melakukan engagement dengan pemerintah Afghanistan. Kita juga melakukan engagement dengan Taliban, kita melakukan engagement dengan Amerika, Norwegia, Jerman, Qatar tentunya, dengan Uzbekistan dan lain-lain, " ungkapnya.
Retno menekankan bahwa Indonesia sebagai salah satu dari co-fasilitator untuk proses perdamaian di Afghanistan bersedia memberikan kontribusi apa pun untuk melihat masyarakat Afghanistan hidup dalam damai. (fzy)
(Rizka Diputra)